Pertemuan Anies-Andika dinilai sebuah sinyal, AHY kandas?

Posisi Andika sebagai Panglima TNI tentu memiliki daya tawar sendiri apalagi dengan masuknya namanya sebagai cawapres potensial.

Partai Nasdem mencalonkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Muhammad Andika Perkasa dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada Pemilu 2024. Foto fraksinasdem.org

Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menilai, pertemuaan Anies Baswedan dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa pada Sabtu (15/10), bukan sekadar pertemuan biasa. Pertemuan tersebut memiliki sinyal sendiri di balik posisi Anies yang sudah menjadi bakal calon presiden dari Partai Nasdem dan Andika Perkasa yang juga masuk sebagai bursa bakal calon wakil presiden.

"Anies dan Andika ini memiliki beberapa arti. Pertama, Anies tentu berpikir sedang mempersiapkan cawapres di Pilpres 2024 dari latarbelakang yang kuat, salah satunya militer," kata Arifki di Jakarta, Senin (17/10).

Menurutnya, posisi Andika sebagai Panglima TNI tentu memiliki daya tawar sendiri. Apalagi, nama Andika juga masuk sebagai bakal cawapres potensial.

Kedua, kata Arifki, sebagai alumni kampus Amerika Serikat, pembicaraannya bisa jadi terkait nostalgia atau meminta dukungan Andika jika Anies resmi maju sebagai cawapres. Ketiga, ini sinyal kepada lawan-lawan Anies di Pilpres 2024, kalau ia sudah siap terjun membangun kekuatan untuk pencapresannya.

"Pertemuan Anies dan Andika ini kan di akhir masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ini bisa diartikan, Anies lagi berpamitan dengan Andika. Tetapi, Andika ini kan namanya juga masuk sebagai cawapres. Ya, bisa jadi ini sinyal Anies kepada lawan-lawan politiknya di 2024 kalau ada potensi Anies dan Andika berduet sebagai capres dan cawapres," ujar Arifki