Reshuffle rujuk primbon, Rocky Gerung: Kebodohan

Sejak menjadi presiden, Jokowi sudah lima kali melakukan reshuffle kabinet pada hari Rabu.

Istana Merdeka, DKI Jakarta, Agustus 2019. Google Maps/Yuli Yanti

Pengamat politik Rocky Gerung menilai, pengumuman perombakan kabinet sesuai primbon Jawa merupakan suatu kebodohan lantaran tidak ada poin penting yang didapat dari isu tersebut. Pasalnya, reshuffle merupakan amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai hak prerogatif Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Itu dari mana (orang) yang bisa prediksi hari Rabu? Kacaunya ada di situ, kita seolah-olah mendapat info, katanya dapat info Istana mau reshuffle. Enggak dong, infonya dari UUD. UUD bilang begitu, reshuffle hak prerogatif presiden. Jadi, enggak ada poin (isu reshuffle sesuai primbon). Stupidity ada di situ. Ngapain didengerin?" katanya dalam webinar, Jumat (23/4).

Menurut Rocky, hal urgen dari isu reshuffle bukanlah tentang kebiasaan Jokowi mengumumkan kabinet pada hari Rabu sesuai primbon Jawa. Alasannya, pada hari lain terdapat pertemuan antarpartai politik yang menimbulkan spekulasi politik baru.

"Kemarin, ada pertemuan Demokrat dan PKS; terus Selasa, ada pertemuan PKS dan PAN; kemudian PKS dan PPP. Tafsirannya apa? Istana mau membujuk PKS ke kekuasaan melalui PPP atau PPP keluar dari kekuasan," paparnya.

"Itu lebih penting untuk menghitung kalkulasi politik presiden. Karena ada tukar tambah baru di luar pemerintah, maka itu menimbulkan spekulasi baru," imbuh dia.