Terjegal kasus, Ganjar gagal menang telak

Selama lima tahun, Ganjar kerap memiliki masalah terkait kebijakannya pada warga Jateng. Ia juga diduga terlibat dalam korupsi KTP-el.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (tengah) menjawab pertanyaan wartawan usai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (28/6)./ Antarafoto

Sebelum hari pencoblosan Pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak, pasangan Ganjar Pranowo dan Taj Yasin banyak diunggulkan oleh lembaga survei. Mereka digadang-gadang akan menang telak menggulung pasangan Sudirman Said dan Ida Fauziyah. Tak tanggung-tanggung, beberapa lembaga survei memprediksi rata-rata persentase kemenangan telak Ganjar-Yasin sebesar 70% berbanding 30% dari pasangan Sudirman-Ida.

Alasannya, tak lain karena pasangan Ganjar-Yasin lebih dikenal dan populer ketimbang pasangan Sudirman-Ida. Hal ini tak mengherankan, karena Sudirman dan Ida sendiri selama ini lebih sering berada di Jakarta daripada Jawa Tengah.

Sudirman dulunya adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dari Oktober 2014 sampai Juli 2016. Sementara Ida adalah anggota DPR-RI di komisi I dan anggota Badan Anggaran di periode 2014-2019.

Namun, prediksi lembaga-lembaga survei tersebut dimentahkan hasil hitung cepat yang dilakukan saat hari pencoblosan. Ganjar-Yasin yang sebelumnya diprediksi menang telak hanya menang tipis dari pasangan Sudirman-Ida.

Dari hasil hitung cepat SMRC misalnya, Ganjar-Yasin mendapatkan 58,6% suara, sementara Sudirman-Ida memperoleh suara sebanyak 41,4%. Ganjar sendiri mendulang suara dominan di 31 dari 35 kabupaten dan kota se-Jawa Tengah. Sementara Sudirman mendapatkan suara di daerah-daerah seperti Brebes, Kebumen, Purbalingga, dan Tegal.