sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Airlangga ingatkan potensi penurunan pertumbuhan ekonomi dan ekspor

Perdagangan diprediksi tumbuh sekitar 1% tahun ini.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Rabu, 11 Jan 2023 20:07 WIB
Airlangga ingatkan potensi penurunan pertumbuhan ekonomi dan ekspor

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan Indonesia masuk ke dalam kelompok negara yang memiliki resiliensi terhadap kondisi ketidakpastian global saat ini. 

Diketahui, Indonesia menjadi negara yang tidak bergantung terlalu besar pada ekspor atau kontribusi ekspor terhadap ekonomi negara. Andil ekspor pada ekonomi negara sendiri kurang dari 50%, sehingga berpotensi menjadi negara bertahan walaupun proyeksi pertumbuhan ekonomi secara global menurun.

Negara-negara yang berpotensi resilien dengan kondisi ekonomi 2023, menurut Airlangga, yaitu Jepang dengan kontribusi ekspor hanya 47%, Indonesia 45%, Brasil 40%, Cina 39%, dan Amerika Serikat (AS) 28%.

“Negara-negara ini memiliki domestic market yang kuat,” kata Airangga dalam konferensi pers hasil rapat terbatas dengan Presiden, Rabu (11/1).

Meski demikian, ia mengingatkan akan terjadinya tren penurunan pada nilai-nlai komoditas. Airlangga menyampaikan, untuk outlook di 2023, gas alam akan bernilai sekitar US$6 per million british thermal unit (MMBTU), minyak brent sekitar US$80,44 per MMBTU, batu bara sekitar US$305,15 MMBTU, nikel sekitar US$31.431 per ton, CPO sekitar MYR4.135 per ton, dan gandum sekitar per US$791 per gantang (bushel).

Selain pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan menurun, Airlangga juga menyebutkan di 2023 bakal terjadi penurunan pada pertumbuhan perdagangan. Perdagangan diprediksi tumbuh sekitar 1% tahun ini.

“Nilai perdagangan ekspor kita di 2022 baik, yaitu US$268 miliar dan ini tentu jadi kenaikan yang cukup tinggi dari berbagai komoditas utama seperti besi dan baja, minyak fosil, CPO, yang berkontribusi positif terhadap neraca perdagangan,” ujarnya.

Airlangga menambahkan, ekspor batu bara berhasil mengompensasi impor minyak, sehingga sektor energi masih positif hampir US$6,8 miliar secara tahunan (ytd), besi US$29 miliar, dan CPO US$30 miliar.

Sponsored

Semua berbeda dengan 2023, ia memproyeksikan pertumbuhan ekspor dan impor 2023 juga turun dibanding 2022. Pada 2023, ekspor diproyeksikan hanya tumbuh 12,8% dan impor 14,9%. Sedangkan, di 2022 ekspor tumbuh 29,4% dan impor tumbuh 25,37%.

“Ini terjadi karena basisnya sudah tinggi,” ujarnya.

Sebagai upaya mempertahankan ekspor dan meningkatkannya, maka Presiden Joko Widodo telah memerintahkan segera merampungkan perjanjian Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Perjanjian ini dinilai penting guna meningkatkan ekspor komoditas Indonesia ke Uni Eropa.

“Ini berkaitan dengan komoditas kita yaitu TPT kita masih mendapatkan bea masuk 10-12%, sedangkan Vietnam dan Bangladesh 0%. Jadi ini menjadi prioritas pemerintah,” tutur Airlangga. 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid