sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bank Syariah Mandiri rancang IPO usai Pemilu 2019

PT Bank Syariah Mandiri berancang-ancang untuk IPO setelah proses Pemilu 2019 rampung.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Kamis, 08 Nov 2018 20:31 WIB
Bank Syariah Mandiri rancang IPO usai Pemilu 2019

PT Bank Syariah Mandiri berancang-ancang untuk IPO setelah proses Pemilu 2019 rampung.

BSM berencana mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) di PT Bursa Efek Indonesia. Rencananya, anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. ini akan go public pada awal 2020, mundur dari target sebelumnya pada akhir 2019.

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Syariah Ade Cahyo Nugroho mengatakan, rencana IPO saat ini masih menunggu keputusan dari induk perusahaan dan pemegang saham pengendali yakni Bank Mandiri (BMRI).

"Saat ini kami diminta melakukan perbaikan kinerja guna mempermulus aksi korporasi mendatang tersebut. Adapun IPO ini, kami ikuti arahan pemegang saham saja. Sementara arahan pemegang saham IPO di awal 2020," ujar Ade di Wisma Mandiri, Jakarta, Kamis (8/11).

Ade menyebutkan, ada beberapa faktor yang membuat rencana IPO tersebut mundur ke tahun 2020. Salah satunya agenda Pemilu legislatif dan Pemilu presiden pada 2019 mendatang.

Dengan demikian, Mandiri Syariah lebih memilih menunggu Pemilu tahun depan rampung terlebih dahulu, agar kondisi pasar lebih kondusif saat IPO dilangsungkan.

"Kami rencana jalan di pertengahan 2019, mungkin di awal-awal 2020 baru IPO. Salah satu faktornya Pemilu, mau menunggu selesai dulu baru kami mulai masuk ke market," ungkapnya.

Di sisi lain, Mandiri Syariah juga ingin memperbaiki kinerja terlebih dahulu terutama dengan target perolehan laba pada tahun depan bakal dijaga pada kisaran 50% alias konsisten dari tahun 2018 ini. Serta return on equity (ROE) di level 10% pada 2019 mendatang.

Sponsored

Sampai akhir tahun ini, Mandiri Syariah memprediksi laba mampu mencapai Rp500 miliar hingga Rp 550 miliar. Salah satunya didorong dari pembiayaan yang diproyeksi tumbuh 12%. Selain itu, ROE juga diperkirakan bakal sedikit bergerak ke posisi 8% di akhir tahun 2018 ini.

Siasat turunkan NPF

Sementara itu, manajemen BSM menyebutkan beberapa faktor perusahaannya dalam menurunkan angka non-performing finance (NPF) per September 2018 ini.

Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Toni Eko Boy Subari mengatakan salah satu faktor penyebab turunnya NPF ini adalah pemilihan sektor kredit yang lebih selektif.

"Kami tidak lagi memilih sektor yang terpengaruh dengan kurs atau harga minyak dan gas. Dalam setahun dua tahun terakhir, kami fokus di sektor lain, seperti sektor kesehatan dan pendidikan," kata Toni di Wisma Mandiri, Jakarta, Kamis (8/11).

Ada lima sektor pilihan yang menjadi fokus BSM saat ini di antaranya adalah infrastruktur, agribisnis, kesehatan, pendidikan, dan pemasok dari keempat sektor tadi.

Sektor pendidikan dan kesehatan di sini misalnya, pembiayaan pembangunan universitas dan infrastruktur pendidikan serta pembiayaan pembangunan beberapa rumah sakit Islam.

Dirkeu Ade Cahyo menambahkan, perusahaannya juga mulai merambah ke sektor kredit konsumer yang memiliki NPF rata-rata di bawah 1%, seperti pembiayaan kendaraan atau payroll.

Sejauh ini, Ade mengaku tingginya NPF dipengaruhi oleh kredit segmen menengah yang kerap bermasalah akibat perkembangan kondisi perekonomian makro. Akibatnya, nilai laba bersih yang didapatkan pun tak besar dan hal ini yang kerap terjadi hampir di semua perbankan syariah Indonesia, menurutnya

Lebih lanjut, Ade mengatakan melalui strategi ini Bank Mandiri Syariah menargetkan NPF Gross akhir tahun berada di bawah angka 3,5% dan NPF Nett di bawah 2,1%.

Sementara untuk laba bersih sendiri, Bank Mandiri Syariah memperkirakan akan masih tumbuh hingga mencapai Rp550 miliar hingga akhir tahun.

Sekadar informasi, berdasarkan laporan kinerja kuartal III-2018, NPF Gross Bank Mandiri Syariah per September 2018 menurun menjadi 3,65% dari 4,69% di periode sama tahun sebelumnya. Sementara untuk NPF Nett juga turun dari 3,12% menjadi 2,51%.

Selain itu, untuk mengurangi resiko kurs yang sepanjang tahun ini terus bergejolak BSM memutuskan tidak lagi menerima pengajuan pembiayaan dalam bentuk dollar Amerika Serikat.

Namun, Bank Syariah Mandiri masih memiliki pembiayaan yang berjalan dalam bentuk dollar. Hanya saja porsinya cukup kecil.

"Porsi pembiayaan valas di Bank Syariah Mandiri ini hanya sekitar 5%, kecil. Sebenarnya sudah satu tahun terakhir kita tidak membiayai pembiayaan dalam bentuk valas. Jadi Insya Allah kita akan stabil ke depannya," pungkasnya.

Berita Lainnya
×
tekid