sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Devisa terkuras tipis, Bank Indonesia biarkan rupiah ambrol?

Saat kurs rupiah ambrol mendekati Rp15.000 per dollar Amerika Serikat, Bank Indonesia merilis cadangan devisa Agustus terkuras US$410 juta.

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Jumat, 07 Sep 2018 17:59 WIB
Devisa terkuras tipis, Bank Indonesia biarkan rupiah ambrol?

Saat kurs rupiah ambrol mendekati Rp15.000 per dollar Amerika Serikat, Bank Indonesia merilis cadangan devisa per akhir Agustus terkuras US$410 juta setara dengan Rp6 triliun (kurs Rp14.800 per dollar AS).

Cadangan devisa per akhir Agustus 2018 turun US$410 juta menjadi US$117,93 miliar dari bulan sebelumnya US$118,3 miliar. Penurunan Cadev tampaknya jauh lebih rendah dari rerata periode Januari-Juli yang mencapai US$2,28 miliar setara Rp33,7 triliun.

Berdasarkan data, penurunan Cadev terbesar terjadi pada Februari 2018 yang mencapai US$3,92 miliar dari US$131,98 miliar menjadi US$128,06 miliar. Padahal, pelemahan rupiah sejak Januari sampai September sempat menyentuh lebih dari 10%. 

Akan tetapi, rupiah terdepresiasi 2,15% selama Agustus 2018. Capaian Cadev Agustus 2018 ini menjadi level terendah sejak Januari 2017. 

Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, bank sentral sengaja menghemat cadangan devisa pada Agustus 2018. Hal itu dilakukan untuk menghadapi fluktuasi rupiah yang lebih besar pada akhir tahun.

"Bulan Desember proyeksi Federal Reserve akan menaikkan Fed Fund Rate sebesar 25 basis poin. Permintaan valuta asing akhir tahun juga akan naik seiring persiapan impor memenuhi momen Natal dan Tahun Baru," ujarnya saat dihubungi Alinea.id, Jumat (7/9).

Direktur Eksekutif BI Agusman menyebut, Cadev yang ada saat ini masih terbilang cukup tinggi, yakni sebesar US$117,9 miliar pada akhir Agustus 2018. 

"Sedikit lebih rendah dibandingkan US$118,3 miliar pada akhir Juli 2018," jelas Agusman dalam siaran resmi yang dirilis Bank Indonesia.

Sponsored

Lebih lanjut, Agusman menyamapaikan, posisi cadangan tersebut setara dengan pembiayaan 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

Bank sentral menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

"Penurunan cadangan devisa pada Agustus 2018 terutama dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat," jelas Agusman. 

Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif. 

 

Borong SBN

Pekan ini BI telah memborong surat berharga negara (SBN) dengan nilai total Rp11,9 triliun. Pembelian dilakukan secara bertahap. 

Pembelian SBN dilakukan pada Kamis (30/8) senilai Rp3 triliun, Jumat (31/8) senilai Rp4,1 triliun. Kemudian pada Senin (3/9) senilai Rp3 triliun dan Selasa (4/9) senilai Rp1,8 triliun.

"Kami intensifkan atau tingkatkan intensitas untuk melakukan intervensi. Khususnya dalam dua hari ini, Kami meningkatkan volume intervensi di pasar valas," kata Gubernur BI Perry Warjiyo akhir pekan lalu.

Pada perdagangan Jumat (7/9) kurs rupiah di pasar spot seperti dikutip dari Bloomberg, ditutup menguat 0,49% sebesar 73 poin ke level Rp14.820 per dollar AS. Rupiah bergerak pada rentang Rp14.820-Rp14.907 per dollar AS.

Rupiah sempat menyentuh level Rp14.940 per dollar AS pada pekan ini, tertinggi sejak krisis ekonomi 1998. Pelemahan rupiah di pasar spot telah mencapai 9,33% sejak awal tahun.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia dipatok terapresiasi ke level Rp14.884 dari sebelumnya Rp14.891 per dollar AS. Sedangkan, kurs transaksi dipatok Rp14.958 untuk jual dan Rp14.810 untuk beli.

 
Berita Lainnya
×
tekid