sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Di 2018, ekspor naik 6,65% tapi impor tumbuh 20,15%

Selain itu, secara kumulatif, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami defisit sebesar US$8,5 miliar sepanjang 2018

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Selasa, 15 Jan 2019 12:42 WIB
Di 2018,  ekspor naik 6,65% tapi impor tumbuh 20,15%

Nilai ekspor Indonesia Januari–Desember 2018 mencapai US$180,06 miliar atau meningkat 6,65% dibanding periode yang sama 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$162,65 miliar atau meningkat 6,25%.

Nilai impor kumulatif Januari–Desember 2018 adalah US$188,62 miliar atau meningkat 20,15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan terjadi pada impor migas dan nonmigas masing-masing US$5,49 miliar (22,59%) dan US$26,14 miliar (19,71%).

Selain itu, secara kumulatif, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami defisit sebesar US$8,5 miliar sepanjang 2018.

Perinciannya, surplus terjadi pada Maret sebesar US$1,12 miliar, Juni sebesar US$1,70 miliar dan September pada US$314,0 juta.

Kemudian defisit terjadi pada Januari sebesar US$ 756,0 juta, April US$1,62 miliar, Mei US$ 1,45 miliar. Kemudian Juli US$2,00 miliar, Agustus US$944,2 juta, Oktober US$1,77 miliar, November US$1,99 miliar dan Desember US$1,10 miliar.

Selain itu, BPS melaporkan realisasi ekspor Indonesia pada Desember mencapai US$ 14,18 miliar. Sementara, realisasi impor pada Desember tercatat US$ 15,28 miliar.

"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia di Desember kembali defisit US$ 1,1 miliar. Nilai ekspor turun, sementara nilai impor naik," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto di kantor pusat BPS, Jakarta, Selasa (15/1).

Penurunan laju impor ini didorong oleh impor migas maupun non migas. Impor sektor migas turun sebesar 31,45%, yakni dari US$2,87 miliar pada November menjadi US$1,97 miliar pada Desember 2018. Sedangkan impor non migas turun 5,14%, yakni US$14,04 miliar di November menjadi US$13,31 miliar di Desember 2018.

Sponsored

Adapun pada komoditas non migas yang mengalami peningkatan impor terbesar yakni, buah-buahan sebesar US$69,8 juta,  besi dan baja US$52,9 juta, pupuk US$47,9 juta, senjata atau amunisi US$41,7 juta, dan kapal terbang dan bagiannya US$39,3 juta.

Komoditas yang mengalami penurunan impor terendah, yakni gula dan kembang gula sebesar US$57,1 juta, perhiasan US$63,8 juta, kendaraan dan bagiannya US$111,3 juta, plastik dan barang dari plastik US$134,5 juta, dan bahan kimia organik US$174,4 juta.

Penurunan ekspor terjadi karena ekspor nonmigas turun 8,15% menjadi US$12,43 miliar. Sementara ekspor migas meningkat 27,34% menjadi US$1,75 miliar. 

"Penurunan ekspor nonmigas terjadi pada komoditas biji kerak dan logam, bahan bakar mineral, besi dan baja. Sementara peningkatan ekspor migas ditopang oleh gas yang naik 51,71%," jelasnya. 

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah, mengatakan, ada beberapa catatan yang perlu menjadi perhatian terhadap kinerja ekspor di Indonesia. 

Pelemahan rupiah sama sekali tidak menjadi pendorong daya saing produk ekspor indonesia. Rupiah yang melemah justru diikuti oleh pertumbuhan impor bukan ekspor.  

Kondisi ini bisa terjadi karena struktur ekspor Indonesia yang didominasi oleh barang-barang komoditas yang lebih banyak dipengaruhi permintaan global. Pelemahan rupiah tidak membuat barang-barang komoditas lebih kompetitif dan mendorong lonjakan permintaan. 

Selain itu, pelemahan rupiah terjadi ketika Indonesia sedang menggalakkan pembangunan infrastruktur. Struktur ekonomi Indonesia yang tidak mengembangkan industri hulu, pelemahan rupiah dan pembangunan infrastruktur memacu besarnya impor. 

Kondisi itu menegaskan betapa perlunya reformasi struktur ekonomi agar ekspor tidak terlalu didominasi oleh produk komoditas. Selain itu, percepatan pembangunan ekonomi, termasuk pembangunan infrastruktur tidak memacu impor.

"Reformasi struktur, saya kira harus diawali dengan membangun industri manufaktur, baik industri hulu maupun industri hilir," kata dia.

Berita Lainnya
×
tekid