sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Dibuka melemah, pergerakan Rupiah tertahan suku bunga The Fed

Meski The Fed mempertahankan suku bunga acuannya, namun masih ada peluang kenaikan secara berkala.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Jumat, 09 Nov 2018 09:28 WIB
Dibuka melemah, pergerakan Rupiah tertahan suku bunga The Fed

Perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar AS tertahan penguatannya. Penyebabnya, karena sentimen bank central Amerika Serikat The Fed yang mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 2% sampai2,25%. Diketahui, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (9/11) melemah sebesar 75 poin menjadi Rp14.555. 

Analis CSA Research Institute, Reza Priyambada, mengatakan meski The Fed mempertahankan suku bunga acuannya, namun masih ada peluang kenaikan secara berkala. Hal ini membuat pelaku pasar beralih ke dollar AS. Pernyataan tersebut memberikan kesan masih adanya pengetatan moneter di AS.

“Diperkirakan Rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.655-Rp14.639 per US$,” ujar Reza dalam risetnya, Jumat (9/11).

Reza mengatakan, meski masih terdapat sejumlah sentimen positif, namun pergerakan Rupiah berbalik melemah. Sebaliknya, dollar AS kini terapresiasi. Itu bahkan dimulai jelang pertemuan The Fed yang pada akhirnya membuat laju Rupiah terimbangi. 

Di sisi lain, penguatan Rupiah dalam beberapa hari terakhir turut dimanfaatkan para pelaku pasar untuk bertukar dollar AS yang sebelumnya bergerak turun.

Sekadar informasi, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus berlanjut hingga penutupan perdagangan kemarin (8/11) di level Rp 14.539/US$, atau menguat 0,35% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Level ini merupakan yang terkuat dalam tiga bulan terakhir.

Nilai tukar rupiah sempat menyentuh level 14.473 per dolar AS pada perdagangan siang, sebelum kembali ke kisaran 14.500. Meski begitu, penguatan kali ini bukan yang terbesar di Asia sebagaimana perdagangan beberapa hari belakangan.

Laju IHSG menanti penjualan motor

Sponsored

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Jumat, (9/11) dibuka melemah sebesar 42,62 poin atau 0,71% menjadi 5.934,17. Pergerakan IHSG itu dinilai masih dipengaruhi oleh data defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) kuartal III-2018.

“Pergerakan IHSG masih dalam area konsolidasi wajar. Hal ini seiring dengan penantian pelaku pasar terhadap data ekonomi makro. Meski demikian, tentunya diharapkan kondisinya bisa membaik, sehingga dapat menopang pola kenaikan IHSG,” kata Analis Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya, dalam risetnya yang diterima pada Jumat, (9/11).

Menurut William, data yang dinantikan oleh pelaku pasar tak hanya CAD. Melainkan juga realisasi penjualan kendaraan roda dua atau motor per Oktober 2018. Secara keseluruhan, William masih optimistis IHSG bisa melanjutkan penguatannya pada akhir pekan ini.

"Hari ini IHSG berpotensi menguat, rentang pergerakan hari ini 5.821-6.088," ungkap William.

Analis Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi, mengatakan indeks dalam negeri akan bergerak terbatas. Pasalnya, pelaku pasar cenderung melakukan aksi ambil untung (profit taking) usai IHSG menguat beberapa hari terakhir.

"Diperkirakan IHSG bergerak terbatas diakhir pekan cenderung dibayangi aksi profit taking dengan support dan resistance 5.900-6.000," ujar Lanjar.

Pada posisi terakhir, IHSG berada di level 5.976. Pelaku pasar asing pun memborong saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga mereka tercatat beli bersih sebesar Rp1,1 triliun.

Berbanding terbalik, indeks yang masuk dalam bursa saham Wall Street berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan kemarin (8/11). S&P500 turun 0,25%, Nasdaq Composite turun 0,53%, dan NYSE Composite turun 0,45%. 

Adapun kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 10,62 poin atau 1,11 persen menjadi 944,74.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid