Indef prediksi ekonomi Indonesia melambat di kuartal IV-2022
Kuartal III-2022 tumbuh karena faktor dominan dari base year effect atau efek tahun dasar, yaitu pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat sebesar 5,72% secara tahunan (yoy). Angka ini menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad perlu diapresiasi, sekaligus diwaspadai. Ini karena Tauhid menilai, pada kuartal IV-2022 akan terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Pada kuartal III-2022 tumbuh karena adanya faktor dominan dari base year effect atau efek tahun dasar, yaitu pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021 sebesar 3,51%. Namun pada kuartal IV-2021, terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan menjadi 5,02% (yoy), sehingga base year effect sudah hilang.
“Karena kuartal IV-2021 sudah di atas 5% jadi effect base year sudah hilang. Nah itu akan mengurangi potensi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2022. Ini satu hal yang cukup serius,” ujar Tauhid dalam keterangannya pada diskusi publik “Respons INDEF terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022”, Selasa (8/11).
Tauhid pun menjelaskan, pihaknya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2022 mencapai 5,3% (yoy) yang dianggap cukup moderat. Sedangkan secara perhitungan sepanjang tahun atau all years di 2022, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,1% (yoy). Proyeksi ini kata Tauhid berada di bawah perkiraan pemerintah yang mencapai 5,2% (yoy).
Meyakini akan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal berikutnya, Tauhid pun mengingatkan agar pemerintah segera melakukan tiga utama. Pertama, segera percepat belanja modal dan barang.
“Hingga Oktober 2022 ini dari pantauan kami, untuk belanja modal baru mencapai 66,82% dan belanja barang 66,44%,” lanjut Tauhid.
Untuk percepat belanja tersebut, maka diperlukan terobosan strategis mengingat waktu terbatas yaitu dua bulan hingga akhir tahun 2022. Jika belanja tidak segera terealisasi, Tauhid menilai Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) yang besar akan sia-sia, sedangkan masyarakat sangat membutuhkan.
Kedua adalah penyesuaian secara moderat suku bunga acuan BI (BI7DRR) yang saat ini sudah dilakukan namun cenderung terlambat.
“Perlu dilakukan moderasi suku bunga BI7DRR mengikuti perkembangan inflasi yang terjadi selama ini yang memang sangat dipengaruhi oleh dinamika kondisi global,” imbuhnya.
Lalu ketiga, perlunya penguatan pasar domestik untuk berbagai produk-produk yang memiliki daya saing di pasar global, serta mempercepat industri-industri impor di tengah kuatnya arus importasi beragam produk industri.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Ancaman nyata kala mesin mulai menggantikan manusia
Jumat, 02 Jun 2023 18:48 WIB
Kerawanan Pemilu 2024: Dari politik uang hingga intimidasi
Rabu, 31 Mei 2023 16:44 WIB