sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Konsep circular economy diyakini mampu tekan impor bahan baku

Konsep rekondisi dan remanufacturing pada barang modal, serta reuse pada bahan baku dan penolong diharapkan dapat mengurangi impor.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Kamis, 28 Jan 2021 17:53 WIB
Konsep circular economy diyakini mampu tekan impor bahan baku

Kementerian Perindustrian mengungkapkan, konsep circular economy di sektor industri, akan dapat menekan impor industri pengolahan dan mendongkrak pertumbuhan dan daya saing manufaktur nasional.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional Kemenperin Eko SA Cahyanto mengatakan, konsep circular economy bukan hanya mendesain model industri dengan prinsip zero waste, tetapi juga fokus terhadap faktor sosial dan penyediaan sumber daya maupun energi yang berkelanjutan.

Lebih lagi konsep circular economy dalam sektor industri dapat diaplikasikan dengan menggunakan pendekatan 5R, yaitu reduce, reuse, recycle, recovery, dan repair, yang dapat diaplikasikan kembali sebagai bahan pengolahan.

“Adanya konsep rekondisi dan remanufacturing pada barang modal, serta reuse pada bahan baku dan penolong diharapkan dapat mengurangi impor industri pengolahan,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (28/1).

Konsep circular economy erat kaitannya dengan salah satu kebijakan yang digulirkan oleh Kemenperin, yakni industri hijau. Implementasi industri hijau adalah mengupayakan efisiensi dan efektivitas terhadap penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.

“Sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” ujarnya. 

Adapun pengembangan circular economy membawa peluang bagi sejumlah sektor manufaktur, antara lain industri elektronika, kemasan, kertas, tekstil, logam, peralatan rumah tangga, otomotif dan alat angkut lainnya, ban/karet, serta furniture.

Di industri elektronik misalnya, timbulan e-waste global pada 2016 sebesar 44,7 juta ton dan akan mencapai sebanyak 52,2 juta ton pada 2021. Padahal, dalam sampah tersebut terdapat 60 material berharga yang dapat didaur ulang dan memiliki nilai ekonomi

Sponsored

Sementara itu, di industri tekstil, potongan kain dan sisa benang dapat didaur ulang menjadi serat tekstil yang dapat dipintal untuk perajutan atau menjadi benang open end, benang ukuran besar, dan mop yarn. 

Sedangkan, potensi circular economy di industri logam, yakni aluminium yang merupakan logam secara tidak terbatas dapat diproduksi dalam siklus daur ulang yang berkelanjutan. Saat ini, permintaan scrap aluminium di Indonesia sebesar 18.000 ton per bulan.

Lebih jauh, circular economy juga memunculkan potensi bahan daur ulang yang besar, dan dalam hal itu mampu membuka lapangan kerja yang lebih luas. Potensi industri daur ulang plastik misalnya, memiliki kapasitas 1 juta ton per tahun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 20.000 orang.

Selain itu, terdapat juga potensi di industri daur ulang kertas dari 48 perusahaan, dengan total kapasitas produksi mencapai 8,2 juta ton dan menyerap tenaga kerja sebanyak 125.000 orang. 

“Total kebutuhan kertas daur ulang sebesar 6,4 juta ton, di mana 50%-nya dipenuhi dari dalam negeri,” sambungnya.

Kemudian, untuk industri daur ulang tekstil, saat ini terdapat sembilan perusahaan dengan kapasitas sebesar 113.000 ton per tahun yang menggunakan bahan baku daur ulang sebanyak 76.700 ton, dengan 36%-nya berasal dari impor. 

Saat ini utilisasi produksinya mencapai 70% dan total jumlah tenaga kerja sebanyak 3.529 orang.

“Untuk potensi industri daur ulang besi baja, saat ini ada 60 perusahaan yang menggunakan bahan baku sebagian besar impor (70%-90%) daur ulang (skrap) dengan kapasitas 9 juta ton per tahun. Utilitas produksi saat ini hanya 40% sehingga membutuhkan bahan baku daur ulang sebanyak 4 juta ton per tahun,” tuturnya.

Berita Lainnya
×
tekid