sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ladang cuan dari loyalitas tanpa batas fandom K-pop

Kecintaan penggemar pada grup musik Korea Selatan (K-Pop) menjadi ladang bisnis yang menjanjikan.

Qonita Azzahra
Qonita Azzahra Sabtu, 15 Okt 2022 16:05 WIB
Ladang cuan dari loyalitas tanpa batas fandom K-pop

Yudi rela mengantre berjam-jam demi mendapatkan tiket konser SEVENTEEN jelang boyband Korea Selatan itu akan tampil pada 24 dan 25 September, lalu. Konon, cara ini bisa membuat para fans K-Pop mendapatkan harga tiket lebih murah dari calo. Pria yang bekerja sebagai driver ojek online (ojol) ini rela menunggu sekian lama demi sang buah hati, Marsya yang menjadi salah seorang fans SEVENTEEN.

“Ayah aku dikasih tau sama CARAT (sebutan untuk penggemar SEVENTEEN-red) kalau biasanya harga tiket yang dijual sama calo bisa lebih murah, kalau konsernya udah mulai. Tapi ternyata enggak turun, jadi terpaksa pulang dan besoknya dia balik lagi buat nyariin aku tiket OTS (on the spot-red),” kata Marsya melalui pesan langsung (direct message/DM) Twitter kepada Alinea.id, Senin (10/10).

Kisah Yudi ini sempat viral di lini masa sosial media. Ia rela berburu tiket konser yang bertajuk ‘SEVENTEEN World Tour: Be the Sun in Jakarta’ itu demi sang buah hati.
Yudi juga getol bertanya kepada para penggemar yang berada di lokasi konser terkait harga tiket dan tongkat cahaya (light stick) dari grup idola SEVENTEEN. 

Sayang, di hari kedua pun Yudi tidak juga berhasil mendapatkan tiket untuk sang putri yang merupakan seorang CARAT dan MOA (sebutan penggemar untuk grup idola TXT) itu. Harga tiket yang ditawarkan oleh calo-calo di luar venue konser masih terlalu mahal untuk ayah gadis 15 tahun itu.

Mengutip laman penjualan tiket di Mecimashop.com dan Tiket.com, Mecimapro sebagai promotor konser mematok harga jual tiket paling rendah Rp1,2 juta dan paling mahal Rp3,5 juta. Sementara berdasarkan pantauan Alinea.id, banyak calo yang menawarkan tiket dengan harga jauh lebih tinggi dari harga normal di hari-H konser, yakni di kisaran Rp3 juta untuk harga tiket paling murah, hingga lebih dari Rp8 juta untuk tiket paling mahal.

“Kalau harganya segitu, aku juga kasihan sama ayah yang cuma kerja sebagai driver ojol. ,” kisah Marsya.

Marsya menjadi salah satu penggemar musik pop Korea Selatan (K-Pop) yang akan menunjukkan loyalitasnya kala sang boyband idola manggung ke tanah air. Tidak peduli berapa rupiah yang harus mereka keluarkan. Bahkan, tidak jarang penggemar rela merogoh kocek lebih dalam dan menggunakan jasa titip (jastip) checkout atau war tiket konser.

Ilustrasi boyband Korea Selatan. Pixabay.com.

Sponsored

Seperti halnya juga dialami Ita Rosita yang memburu tiket konser grup idolanya, NCT 127. Perempuan 28 tahun ini bercerita, saat pertama kali mendengar bahwa grup idola di bawah naungan SM Entertainment akan mengadakan konser dunia ‘NCT 127 2nd Tour-NEO City the Link’ dengan Jakarta sebagai salah satu tujuannya, Rosita langsung mem-booking satu slot tiket konser dari beberapa jastip.

“Aku tetap war sendiri, tapi buat jaga-jaga, aku juga jastip ke tiga jastipan. Puji Tuhan, dapet satu, meskipun enggak sesuai di section (bagian) yang aku mau, enggak papa, yang penting aku bisa ketemu Doyoung (nama salah satu anggota NCT 127-red),” katanya antusias, kepada Alinea.id, Kamis (6/10).

Rosita bilang, dalam setiap jastip, pihaknya dikenai biaya jasa atau fee berbeda, tergantung masing-masing section. Dia mencontohkan, untuk tiket yang didapatkannya, tempat duduk di barisan kedua dari belakang CAT 2 (seated), pihak jastip mematok fee sebesar Rp350.000 per tiket. Dengan harga tiket normal sebesar Rp2,65 juta, dia pun harus membayar harga tiket ditambah fee, senilai Rp3 juta.

Kekuatan budaya fandom

Terlepas dari hal-hal tersebut, jumlah penggemar K-Pop di Indonesia memang tidak bisa diremehkan, meski belum ada data yang jelas terkait berapa jumlahnya. Namun, data yang dirilis Twitter pada awal tahun ini melansir daftar 20 negara dengan penggemar K-Pop terbanyak sampai akhir 2021. Indonesia menempati peringkat pertama diikuti kemudian oleh Jepang, Filipina, Korea Selatan, Amerika Serikat, Thailand, Brasil, Meksiko, India, dan Malaysia.

Selain itu, Indonesia juga menempati peringkat teratas untuk jumlah cicitan (tweet) K-Pop terbanyak selama dua tahun berturut-turut. Dengan di belakangnya ada negara Filipina, Korea Selatan, Thailand, Amerika Serikat, Meksiko, Malaysia, Brasil, India, dan Jepang.

“Dengan percakapan paling banyak di 2021 dipimpin oleh Grup BTS dan NCT. Kami juga melihat adanya peningkatan percakapan tentang ENHYPEN, aespa dan ITZY. Selain K-Pop, kami juga melihat ada peningkatan ketertarikan penggemar pada konten Korea lain, seperti drama dan webtoon,” jelas Head of Global K-Pop Partnership Twitter Kim Yeonjong, seperti dikutip Alinea.id, Kamis (13/10).

Tangkapan layar konser grup boyband BTS di Indonesia beberapa waktu lalu.

Banyaknya jumlah penggemar K-Pop, praktis mengundang minat banyak orang, termasuk penggemar itu sendiri untuk berbisnis barang-barang K-Pop (K-Pop stuff). Apalagi, konsumsi barang-barang K-Pop oleh penggemar juga ikut tumbuh, seiring dengan semakin besar kecintaan penggemar tersebut terhadap grup idolanya.

Mengutip The Finery Report (TFR), melalui budaya fandom, penggemar mendukung idola mereka tidak hanya secara emosional, tetapi juga secara finansial karena pada dasarnya K-Pop memang berorientasi pada bisnis.

Fandom sendiri merupakan sebuah komunitas yang dibangun untuk berbagi kesenangan dalam sebuah aspek budaya populer dan tetap terhubung dengan grup idola, meskipun belum pernah bertemu langsung dengan grup tersebut. 

“Kesuksesan sebuah grup semakin bergantung pada kinerja penggemar mereka sebagai konsumen,” tulis Fany, Divastya Belinda Rauf dan Lara Dianrama dalam laporannya yang bertajuk Ekonomi Fans K-Pop: Kekuatan Emosional, Dukungan Tanpa Henti, dan Konsumsi Berlebihan, yang dikutip Alinea.id, Jumat (14/10).

Tidak heran jika kemudian penggemar rela merogoh kocek dalam untuk mendukung grup idola mereka. Survei The Finery Report (TFR) kepada 169 penggemar K-Pop, menemukan bahwa mereka pernah membeli setidaknya satu album, tiket konser, merchandise resmi dan tidak resmi, akses ke acara online dan konten premium, serta produk lain yang digunakan oleh grup idola. 

Alasannya, tak lain adalah untuk mendukung grup idola, karena beberapa barang terutama album dapat mempengaruhi posisi suatu grup idola di tangga musik. “Kedua sebagai bagian dari hobi, untuk dikoleksi dan demi kepuasan diri,” tulis laporan itu.

Tercatat, kartu foto (photocard) menjadi barang K-Pop yang paling populer. Di setiap album memang selalu terdapat setidaknya satu atau dua kartu foto dari satu atau dua anggota grup idola. Namun, biasanya penggemar menginginkan satu set lengkap. 

Dalam kasus grup idola BTS misalnya yang memiliki tujuh anggota. Biasanya, penggemar ingin memiliki lengkap tujuh kartu foto dari seluruh anggota grup idola yang kini tengah menjadi ikon K-Pop abad 21 ini.

Untuk memiliki set lengkap dari kartu foto tersebut, penggemar pun rela membeli lebih dari satu album. Hal ini juga dilakukan untuk menambah peringkat grup idola di tangga musik, sekaligus juga memperbesar kesempatan bagi penggemar tersebut untuk mengikuti fan meeting yang digelar terbatas untuk beberapa penggemar saja.

“Kalau enggak nemu juga, di album-album yang sudah mereka beli, biasanya mereka akan beli photocard yang biasanya dijual sendiri baik oleh penggemar lain atau perusahaan entertainment-nya,” jelas pemilik bisnis Pre-Order (PO) album K-Pop Frostbite1315 Olivia Sabat, kepada Alinea.id, Rabu (12/10).

Tidak hanya itu, bagi penggemar yang tidak punya dana lebih pun tetap bisa mengoleksi barang-barang K-Pop buatan penjual atau penggemar lain. Barang-barang ini disebut sebagai unofficial merchandise.

Hal inilah yang membuat Olivia dan kakaknya kemudian iseng-iseng memulai bisnis berjualan barang-barang K-Pop pada September 2020. Perempuan 23 tahun ini bilang, sebelum fokus berjualan album, dia mulai menjual unofficial merchandise buatannya sendiri, seperti post card, photocard, hingga stiker. Bermodal sebesar Rp2-3 juta dari kantongnya dan sang kakak, dirinya pun mencari supplier album K-Pop dan menjadi reseller selama kurang lebih 4 bulan.

“Waktu itu aku sempat ketipu. Habis itu enggak mau lagi jadi reseller dan milih untuk buka PO sendiri dengan album beli sendiri dari website yang jual album di Korea Selatan. Jadi semua aku urus sendiri, mulai dari checkout, pembayaran, sampai urus pajak sendiri,” kisahnya.

Kerja keras Olivia pun sedikit membuahkan hasil. Bagaimana tidak, pada saat itu dia dan kakaknya berhasil menjual 6 album dalam sekali PO. Mereka berhasil mendapat dana talangan dari orang tua sebesar Rp4 juta untuk modal PO.

Setelah dua tahun berjalan, kini Frosbite dapat menjual 20-30 album untuk masing-masing grup idola. Bahkan, pada Mei kemarin Olivia mengaku dapat mencapai rekor penjualan album tertingginya, yakni mencapai 95 album dari dua grup, NCT dan SEVENTEEN dalam sekali PO.

“Jadi ya profitnya lumayan, untuk sekali PO itu bisa sekitar Rp1 juta-Rp2 juta per PO untuk rata-rata 20-30 album. Lebih banyak, lebih besar,” imbuhnya.

Kisah berbeda dituturkan Nuke Mutiari Dewi saat mengawali bisnis K-Pop stuff. Pada tahun 2011, saat demam K-Pop belum melanda indonesia, salah seorang teman meminta pertolongannya untuk membeli album dari website Korea.

Dengan keahliannya mencari informasi di internet, pemilik K-Pop Fanstore yang terletak di Bandung ini berhasil membelikan temannya album langsung dari Korea Selatan. Bahkan, pada saat itu dia hanya mengandalkan jaringan internet di warung internet (warnet) tempatnya bekerja sambilan. Padahal, saat itu belum ada pengiriman langsung dari website Korea ke Indonesia.

“Setelah itu kok banyak penggemar K-Pop lain juga minta dicarikan album. Akhirnya keterusan dan dibikinlah K-Pop Fanstore ini,” tuturnya, ketika dihubungi Alinea.id beberapa waktu lalu.

Fandom Terbesar di Indonesia

Memasak 9,3%
Game 8,3%
K-Pop 6,9%
Drama 6,9%
Film 5,9%
Media 5,4%
Merek Teknologi 5,4%
Komik/Animasi 5%
Orang Terkenal 4,4%
Olahraga 4,3%

Sumber: Riset Hakuhodo Institute of Life and Living ASEAN (HILL ASEAN).

Pada awal membuka PO album, Nuke pun menggunakan Facebook sebagai sarana pemasaran. Kini, Nuke memfokuskan penjualan melalui Instagram, e-commerce dan satu toko fisik yang terletak di Jalan Pelajar Pejuang, Bandung.

Tidak hanya itu, dengan meningkatnya jumlah penggemar yang diikuti oleh kenaikan jumlah permintaan barang-barang K-Pop, Nuke kini memanfaatkan jaringan supplier yang sudah dikenalnya sejak satu dekade terakhir untuk membeli album, serta merchandise lainnya dengan harga lebih miring.

“Sekarang, saat musim perilisan album, kami bisa meraih omzet lebih dari Rp100 juta sebulan dan menjual ratusan album dalam sekali PO,” imbuhnya.

Di saat yang sama, ketika konser sudah mulai dihelat di berbagai negara, termasuk Indonesia, kini album bukan lagi menjadi satu-satunya barang K-Pop yang banyak dicari penggemar. Lonjakan permintaan produk seperti light stick pun ikut terjadi.

“Karena kan kalau nonton konser tapi enggak bawa light stick rasanya ada yang kurang,” lanjut dia.

Bakal terus moncer

Sementara itu, dengan masih tingginya minat masyarakat Indonesia terhadap K-Pop, Nuke pun menilai bahwa ke depan, bisnis barang K-Pop masih akan tetap moncer. Meski demikian, sama halnya dengan bisnis lainnya, bisnis K-Pop miliknya pun juga harus menghadapi tantangan berupa persaingan usaha.

Dia bilang, jika beberapa tahun lalu saat internet dan K-Pop belum memiliki basis penggemar besar di tanah air, tantangan yang harus dihadapi hanya bagaimana caranya mendapatkan album K-Pop dengan biaya pengiriman seminimal mungkin. Kini para pelaku usaha K-Pop stuff harus bersaing dengan dengan penjual-penjual album dan merchandise resmi asal Negeri Ginseng, seperti Ktown4u, Yes24, Synnara Record, hingga GMarket.

“Karena mereka jual dengan keterangan lengkap, enggak cuma Bahasa Korea, tapi juga dilengkapi dengan Bahasa Inggris, China, Jepang, Thailand, bahkan Indonesia. Dengan begitu, penggemar yang sudah paham cara beli dari website-website itu biasanya lebih memilih beli langsung dari sana,” kata dia.

Namun demikian, Nuke menyarankan bagi para penggemar yang ingin berbisnis barang-barang K-Pop untuk tidak perlu khawatir. Karena sebanyak apapun pelaku usaha yang menjual barang-barang K-Pop, akan ada pasar sendiri untuk mereka. Hanya saja, para pelaku usaha baik baru atau lama harus rajin untuk mengetahui apa saja tren yang sedang terjadi di industri K-Pop.

“Karena memang tren di K-Pop itu jalannya cepat sekali. Jadi kalau enggak banyak diskusi dengan supplier langsung dari Korea atau rajin cari tahu sendiri, dia akan ketinggalan,” tutur Nuke.

Sementara itu, pemilik Kpopsalestore yang akrab disapa Unni ini lebih memilih jalan lain untuk mereguk ceruk bisnis K-Pop. Pada mulanya, Unni yang merupakan EXO-L, penggemar dari Grup EXO itu hanya menjual photocard dan album yang sudah sejak lama dikoleksinya kepada penggemar lain.

Dengan larisnya penjualan barang-barang miliknya itu, dia pun memperluas bisnisnya dengan menjual berbagai stuff yang dikeluarkan oleh EXO. “Selain karena memang suka EXO, saat itu juga yang lagi hype banget ya EXO itu. Makanya lebih banyak jual stuff EXO,” bebernya kepada Alinea.id, Kamis (13/10).

Sayangnya, setelah satu tahun berbisnis, tepatnya pada tahun 2016, Unni memutuskan untuk rehat dan mengevaluasi kembali bisnisnya. Pada awal 2017, Kpopsalestore pun kembali dengan bisnis yang sama sekali berbeda, yakni jastip pembelian barang-barang dari Korea, dengan barang paling banyak dipesan yakni makeup dan baju atau jaket.

“Baru lah di Juni 2017, kita perdana buka jastip tiket. Waktu itu kita buka buat konser SEVENTEEN yang Diamond Edge, konser MOTTE, dan konser Saranghaeyo Indonesia. Kita enggak buka banyak, tapi lumayan yang minat,” ungkapnya.

Sejak saat itu lah, Kpopsalestore mulai memfokuskan bisnisnya kepada jastip barang Korea dan tiket konser. Tidak hanya itu, kini akun Instagram Kpopsalestore yang sudah memiliki 14,6 ribu pengikut ini juga membuka jasa bantu checkout membership (keanggotaan) di aplikasi yang digunakan oleh grup idola untuk berkomunikasi dengan penggemar mereka, seperti Weverse.

Ilustrasi Alinea.id/Aisya Kurnia.

Berita Lainnya
×
tekid