sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bagaimana penipu tiket konser musik bekerja?

Para penipu biasanya memanfaatkan euforia penggemar musik.

Fandy Hutari
Fandy Hutari Selasa, 21 Nov 2023 20:37 WIB
Bagaimana penipu tiket konser musik bekerja?

Seorang mahasiswi, Ghisca Debora Aritonang, 19 tahun, ditetapkan sebagai tersangka kasus penipuan tiket konser musik grup band asal Inggris, Coldplay pada Senin (20/11). Keuntungan yang diraup dari aksi penipuan itu mencapai Rp5,1 miliar dari penjualan 2.268 lembar tiket palsu.

Aksi penipuan tiket konser musik kerap terjadi, bukan cuma di Indonesia. Seorang warga Detroit, Amerika Serikat, Lisa Turner yang berpengalaman menonton konser musik—lebih dari 1.000 pertunjukan selama beberapa dekade terakhir—mengaku pernah pula menjadi korban penipuan tiket konser. Turner sudah menonton konser musisi populer, seperti Billy Joel, Elton John, dan The Rolling Stone.

Kepada American Association of Retired Persons (AARP) Turner mengatakan, Agustus lalu berniat membelikan tiket konser penyanyi Amerika Serikat, Taylor Swift untuk anaknya. Ia pun mencoba menggunakan akses pre-sale tiket dari kartu kreditnya. Sayangnya, ia tak berhasil mendapatkan tiket karena berebut dengan penggemar Taylor Swift lainnya saat war tiket di situs web.

Akhirnya, menjelang pertunjukan, Turner bertemu seorang penjual tiket dari situs web iklan Craigslist. Ia lantas menghubungi lewat telepon. Sang penjual bahkan menawarkan untuk mengirimkan tiket digital untuk memeriksa keasliannya, sebelum Turner membayar.

Tak menaruh curiga, Turner kemudian mengirimkan uang sebesar 1.200 dollar AS (setara Rp18.583.203) untuk empat tiket—bagi putrinya dan tiga temannya. Celakanya, ketika diperiksa di lokasi pertunjukan, ia baru mengetahui, tiket itu palsu.

Agar terhindar dari penipuan

Sulit untuk menemukan data yang valid tentang laporan penipuan tiket, baik itu even olahraga, konser musik, atau yang lainnya. Namun, dikutip dari AARP, laporan Better Business Bureau (BBB) menunjukkan, di Amerika Serikat penipuan tiket meningkat dari 13.168 pada 2020 menjadi 17.941 pada 2021. Lalu, sedikit turun menjadi 16.762 pada 2022. Data tersebut bisa jadi lebih banyak.

Penipuan pun banyak terjadi di media sosial. Di Inggris, seperti dikutip dari BBC Newsbeat, 27 Oktober 2023 disebutkan, lima bank di sana, yakni Lloyds, Halifax, Bank of Scotland, TSB, dan Revolut melaporkan, mereka melihat peningkatan penipuan tiket musik.

Sponsored

“Dibandingkan tahun lalu, kelima bank tersebut melihat peningkatan dua setengah kali lipat, dengan sebagian besar kasus terjadi di Facebook dan Twitter,” tulis BBC Newsbeat.

Menurut BBC Newsbeat, Meta—perusahaan yang menaungi Facebook dan Instagram—sudah “menindak” lebih dari 675 juta akun palsu antara April dan Juni 2023. Meta mengklaim punya sistem untuk memblokir penipuan, peraturan seputar iklan untuk layanan keuangan juga diperketat, serta mereka menjalankan kampanye kesadaran terkait penipuan.

“Para penipu menggunakan metode yang semakin canggih untuk menipu orang,” tulis BBC Newsbeat.

Dikutip dari The Guardian, 11 Juli 2023, menurut riset Lloyds Bank, penipuan tiket konser di Inggris melonjak 529% antara Maret 2022 dan Februari 2023, dengan kerugian rata-rata 110 poundsterling.

“Ada pergeseran dalam beberapa tahun terakhir, penipu menargetkan orang di media sosial, yang mencerminkan perilaku konsumen di mana lebih banyak orang beralih ke media sosial untuk mencari tiket,” kata koordinator tim The National Trading Standard e-Crime, Mike Andrews kepada The Guardian.

AARP menulis, para penipu memanfaatkan kenyataan, tiket kertas semakin tergantikan dengan tiket digital, yang bisa dibeli secara online, diunduh di ponsel, dan dipindai di pintu area konser. Di sisi lain, sistem tiket digital memudahkan para penggemar musik.

“Itu juga merupakan kenyamanan bagi para penjahat. Alih-alih harus mencetak tiket palsu dan menjualnya di sudut jalan yang gelap, para penipu tinggal duduk di rumah dan mengunggah iklan tiket yang tak ada di pasar online,” kata kepala kantor pengawasan konsumen di U.S. PIRG Education Fund, Teresa Murray kepada AARP.

Lanjut Murray, para penipu dengan mudah menggunakan perangkat lunak desain grafis untuk membuat tiket digital palsu tampak meyakinkan. Mereka pun paham, banyak orang belum terlalu familiar dengan teknologi ini.

Para penipu memanfaatkan euforia penggemar musik. Tingginya permintaan tiket, membuat orang cenderung mencarinya di tempat-tempat yang tak biasa, serta menyingkirkan kecurigaan.

Menurut Liz Stanton dari perusahaan keamanan internet Get Safe Online kepada The Guardian, penipu lebih cerdas dan bakal menurunkan harga ke tingkat yang tak terlihat jelas kalau itu penipuan. "Misalnya, jika tiket Glastonbury awalnya 350 poundsterling, mereka mungkin menurunkan menjadi 320," ujar Stanton kepada The Guardian.

Ada beberapa cara agar kita terhindar dari penipuan tiket konser. Salah satunya, membeli tiket di situs web resmi atau marketplace tepercaya. Muray mengingatkan, pastikan itu situs web asli. “Bukan situs palsu yang dibuat oleh penipu,” ujar Muray.

Lalu, Muray juga menyarankan agar selalu skeptis kepada seseorang yang menjual tiket. Bila membeli dari individu, sebaiknya dari seseorang yang sudah dikenal secara pribadi, baik keluarga, teman dekat, atau rekan kerja.

“Jangan pernah membayar tiket dengan layanan pembayaran peer-to-peer, seperti PayPal. Jika orang tersebut ternyata penipu, Anda tidak akan bisa mendapatkan uang Anda kembali,” ujar Muray.

Mike Andrews kepada The Guardian menambahkan, kalau berniat membeli tiket di media sosial, sebaiknya periksa akun profil seseorang yang menjualnya. Penipu biasanya bisa terlihat di media sosial, terutama X, jika mereka sering me-retweet dengan liar dalam beberapa hari menjelang menjual tiket untuk acara musik besar.

Andrews juga mengingatkan untuk waspada terhadap orang yang memerintahkan mengirim pesan langsung kepadanya di media sosial. Tujuannya, mereka mencoba mereka “membatasi” percakapan dengan beberapa calon korban dalam pesan pribadi.

Andrews pun menyarankan untuk membayar tiket dengan kartu kredit, bukan transfer bank. "Jika Anda menggunakan layanan transfer uang atau transfer bank langsung, Anda tidak dilindungi dan mungkin tidak dapat dikembalikan (uangnya)," kata Andrews.

Berita Lainnya
×
tekid