sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menatap ekonomi Indonesia di tahun babi tanah

Ahli Fengsui Xiang Yi menilai babi tanah menggambarkan kondisi kurang harmonis.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Senin, 21 Jan 2019 17:56 WIB
 Menatap ekonomi Indonesia di tahun babi tanah

Berdasarkan perhitungan kalender China, 2019 merupakan tahun babi tanah. Ahli Fengsui Xiang Yi menilai babi tanah menggambarkan kondisi kurang harmonis. Dengan kata lain akan ada konflik antara elemen tanah dan air yang merupakan unsur utama babi.

Jika digabungkan, kata Xiang Yi, air dan tanah akan menghasilkan aliran air yang kurang jernih. “Akan banyak sekali hal-hal terselubung yang muncul di tahun babi tanah. Seperti kita berada di dalam kabut dan tidak terlihat jelas," ujar Xiang Yi saat dihubungi Alinea.id.

Menurut Xiang Yi, hal-hal yang tidak menguntungkan bisa terjadi tiba-tiba di tahun babi. Hal ini menjadi cerminan perekonomian Indonesia yang pesimistis dan penuh keraguan. Bahkan, Xiang Yi menyebut, tidak hanya Indonesia saja yang pertumbuhan ekonominya kurang optimistis, namun juga hampir seluruh negara di dunia.

"Berhubungan dengan itu, kita bisa bayangkan bahwa perekonomian ke depan di 2019 secara dunia itu kurang optimistis. Kemudian barangkali ada kemunduran ekonomi hampir di seluruh negara di dunia," jelasnya.

Xiang Yi menjelaskan sifat positif dari elemen tanah stabil, cenderung cari aman, sabar dan tanggung jawab. Ini akan berlawanan dengan sifat negatif dari air yang gelisah, khawatir, pesimistis, santai, ceroboh, tantangan, takut, nafsu, sensitif, dan emosi.

Artinya, di tahun babi tanah, kondisi ekonomi akan cenderung stabil, lambat, dan santai. Namun, di dalamnya ada sedikit pertumbuhan, dinamisme, disertai adanya risiko, tantangan, dan kegelisahan.

Sektor bisnis 

Xiang Yi menyatakan elemen yang akan mengalami nasib baik di semester pertama tahun ini adalah kayu dan api. Sedangkan, elemen yang kurang bagus adalah air. Dengan demikian, perlu ada pengawasan ekstra dan hati-hati untuk sektor usaha pariwisata, transportasi, perkapalan (shipping), dan sektor lain yang berkaitan dengan elemen air.

Sponsored

Sementara, sektor bisnis yang berkaitan dengan elemen kayu akan bertahan di tahun babi air ini. Bisnis tersebut antara lain tekstil, fashion, kesehatan, percetakan, buku, kertas, perhutanan, perkebunan, furniture.

"Mayoritas bidang dalam bisnis akan alami kemerosotan atau kebenturan, tapi hanya beberapa maju dengan pesat. Namun, yang hasilnya maju pesat belum bisa menutupi secara total yang mengalami kemunduran," jelas Xiang Yi.

Xiang Yi juga menyebut 2019 merupakan tahun keberuntungan untuk bisnis di bidang kreativitas dan teknologi. "Mereka akan melompat tinggi seperti belakangan ini. Terutama yang (berhubungan dengan) teknologi informatika," ujar Xiang Yi.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai, pada tahun babi tanah ini, sektor yang masih banyak diminati yaitu sektor finansial dan sektor infrastruktur. 

"Sektor mining sudah mulai menunjukkan perbaikan meskipun tidak banyak, tapi boleh dibilang relaksasi yang sudah dilakukan tahun lalu semoga bisa menunjukkan hasilnya tahun ini," ujar Nico.

Sementara itu, untuk sektor yang berhubungan dengan media dan IT akan menjadi bisnis menarik. "Kami sebetulnya bukan hanya menunggu perusahaan media atau IT, tapi juga menunggu perusahaan seperti Facebook," ungkapnya.

Nico juga mengharapkan perusahaan-perusahaan rintisan (start up) dan e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, Go-Jek dan lainnya dapat mencatatkan sahamnya (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia.

"Menurut saya adalah sesuatu yang baik karena sebetulnya exitnya ada di IPO tinggal menunggu waktunya," imbuhnya.

Pertumbuhan investasi 

Survei Bank Indonesia yang diterbitkan pada Kamis (10/1) menyebutkan pertumbuhan investasi pada triwulan IV-2018 relatif stabil. Hal ini terindikasi dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 10,51%, dibandingkan 10,64% pada triwulan III-2018. Sementara, nilai investasi pada semester II-2018 lebih tinggi dibandingkan nilai investasi pada semester I-2018.

Awal tahun ini, investasi di Indonesia diharapkan bisa membaik. “Investasi pada triwulan I-2019 juga diprediksi tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan SBT sebesar 11,26%,” tertulis pada rilis BI.

Pada penutupan perdagangan akhir 2018, indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 0,06% pada level 6.194. Namun, secara year to date, IHSG memang terkoreksi yakni sebesar 2,54%.

Beberapa analis memprediksi IHSG tahun 2019 akan tumbuh dari tahun sebelumnya. Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menargetkan IHSG pada tahun ini berada pada level 6.675.

Peran pemerintah dalam menjaga stabilitas fundamental makro ekonomi domestik yang inklusif dan berkesinambungan dianggap dapat mendorong indeks saham menguat.

Selain itu, lanjut Nafan, terciptanya kondisi stabilitas politik dan keamanan yang kondusif dalam pelaksanaan pemilu legislatif maupun eksekutif pada kuartal II-2019 dinilai akan memberikan kepastian bagi para pelaku pasar.

"Indonesia merupakan negara emerging market (berkembang) dalam kategori investment grade. Jumlah sektor emiten masih berpotensi mencetak kinerja yang positif termasuk LQ45," ujar Nafan saat dihubungi Alinea.id.

Namun, ada beberapa hal yang menjadi sentimen negatif bagi IHSG pada tahun ini. Salah satunya nilai tukar rupiah masih berpotensi bergerak fluktuatif. Kemudian, ancaman defisit neraca dagang masih terlihat akibat ketergantungan impor. Hal ini akan memperlebar Curent Account Defisit (CAD) Tanah Air.

Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan memproyeksi IHSG akan berada pada level 6.600. Menurutnya, faktor internal dan eksternal sama-sama mempengaruhi gerak IHSG.

Suku bunga The Fed dan Bank Indonesia diperkirakan masih akan naik, namun tidak agresif. Perkiraan tahun ini akan naik dua kali atau naik 50 bps.

"Kemudian, kelanjutan perang dagang Amerika dan China, info terakhir mereka masih gencatan senjata selama 90 hari," ujarnya.

Sementara faktor internal yaitu terkait pemilihan presiden April mendatang. Hal itu akan mempengaruhi dan akan ada ketidakpastian, setidaknya setelah presiden baru terpilih. 

"Seperti apa dampaknya, sejauh ini kita belum bisa lihat ya. Karena kedua pihak sejauh ini kan juga belum membicarakan ke publik program-program apa saja yang akan dijalankan jika nantinya terpilih," jelas Dennies.

Terpisah, Analis Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya meramal IHSG tahun ini berada pada level 7.675.

"Fundamental perekonomian yang terkendali serta kepastian terhadap pemimpin baru beserta kinerja langsung yang nyata bisa menjadi penopang IHSG," ujar William.

Selain itu, lanjutnya, kondisi global dan regional yang masih terus bergerak naik dan stabilnya nilai tukar rupiah diharapkan dapat mencapai target IHSG tahun ini.

Analis Trimegah Sekuritas Rovandi memperediksi, IHSG di tahun politik ini akan berada pada kisaran 6.900.

Sementara, Research Analyst Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hadi memprediksi IHSG akan berada pada level 6.700.

Berita Lainnya
×
tekid