sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pemerintah kaji ulang PPn untuk avtur

Pemerintah akan mengkaji ulang penerapan pajak pertambahan nilai (PPn) untuk avtur.

Cantika Adinda Putri Noveria Soraya Novika
Cantika Adinda Putri Noveria | Soraya Novika Selasa, 12 Feb 2019 17:33 WIB
Pemerintah kaji ulang PPn untuk avtur

Pemerintah akan mengkaji ulang penerapan pajak pertambahan nilai (PPn) untuk avtur. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan hal ini menyusul adanya permintaan dari pelaku usaha untuk menurunkan harga avtur. Sebab, ini menyebabkan tarif pesawat melambung.

Sri mengaku mendapat laporan dari Garuda Indonesia mengenai PPN avtur Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan negara lain. "Untuk itu, kami bersedia untuk membandingkan dengan negara-negara lain. Kita selalu dibandingkan dengan Singapura, Kuala Lumpur (Malaysia)," katanya Sri di Jakarta, 

Berdasarkan, riset yang dikutip melalui http://aeroportos.weebly.com, memang harga avtur di Indonesia lebih mahal jika dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura. 

Harga avtur untuk Indonesia di Bandara Soekarno Hatta (CGK) mencapai US$2,14 per galon, di Bandara Changi Airport Singapura US$2,02 per galon dan Kuala Lumpur Internatioal Airport di Malaysia US$2,07 per galon. 

Belum lama ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga menetapkan formula harga avtur terbaru. Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 17 K/10/MEM/2019, ditetapkan pajak pertambahan nilai (PPn) batas margin sebesar 10% dari harga dasar. 

Kenaikan harga avtur ini pula yang membuat beberapa industri penerbanagan untuk menaikkan harga tiket pesawat dan sampai menerapkan bagasi berbayar. 

Panggil Dirut Pertamina

Ditemui secara terpisah, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menyatakan telah memanggil  Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati ke kantornya terkait harga avtur.

Sponsored

"Ini sedang dibicarakan," ujar Rini.

Sementara itu, Direktur Pemasaran Retail Pertamina Mas'ud mengatakan pihaknya tengah mengkaji ulang harga avtur yang dijual di depot pengisian di bandara-bandara dalam negeri.

Mas’ud juga menyatakan perubahan harga jual avtur tidak akan berdampak pada keuangan perusahaan. Sebab, pendapatan Pertamina bisa ditutup oleh bisnis lainnya.

"Dipastikan tidak (keuangan tidak terganggu) sebab Pertamina itu kan 'integrated oil and gas company'," tambahnya.

Menurut Mas'ud, sebagai perusahaan minyak dan gas yang terintegrasi, keuntungan Pertamina berasal dari banyak pos mulai dari hulu sampai hilir. Jadi, pendapatan perusahaan bukan hanya dari penjualan avtur saja atau BBM yang lain di hilir tapi masih ada pendapatan dari sektor hulu seperti lifting minyak mentah. 

Belum lagi, sebut dia, pendapatan juga bergantung pada pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang saat ini tengah menguat. Bisnis lifting selama ini mengacu pada kurs rupiah. Di internal, perusahaan juga melakukan efisiensi operasional. 

"Jadi kalau melihat keuntungan Pertamina tidak hanya dari satu sisi hilir saja dari penjualan produk, tapi juga dari hulu. Nah kita bermain di situ," tuturnya. 

Mas'ud mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat pihaknya akan merilis resmi keputusan hasil evaluasi harga avtur tersebut.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid