sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Potensi RI genjot ekspor manggis masih besar

Indonesia bisa meningkatkan ekspor hingga tujuh kali lipat, karena dari sisi produksi sangat memungkinkan.

Davis Efraim Timotius
Davis Efraim Timotius Rabu, 01 Sep 2021 13:33 WIB
Potensi RI genjot ekspor manggis masih besar

Pertumbuhan produksi buah di Indonesia dari 2000 sampai 2020 mengalami peningkatan sekitar 6%. Dari sekian banyak buah-buahan, yang paling tinggi pertumbuhannya adalah manggis.

“Mengapa manggis mengalami peningkatan yang cukup tinggi? Karena manggis adalah salah satu komoditas buah tropis yang memiliki segmen pasar cukup terbuka lebar. Manggis ini baru satu atau tiga dekade digarap,"ucap Direktur Buah dan Florikultura Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Liferdi Lukman, dalam bincang Buah Manggis: Strategi Mendukung Gerakan Tiga Kali Ekspor (GRATIEKS) Manggis, Rabu (1/9).

Di tahun 1980-an, jelas Lukman, manggis masih menjadi komoditas binaan Kementerian Kehutanan. Saat itu belum dianggap sebagai komoditas pertanian.

Lukman menjelaskan, terdapat 20 sentra manggis utama di Indonesia. Tiga sentra manggis terbesar ada di Tasikmalaya, Limapuluh Kota, Lombok Tengah dan Gianyar.

“Kalau kita datang ke sentra manggis, mulai dari Aceh sampai Papua, ketika sedang musim panen, hanya dua bulan yang off. Jadi hampir sepanjang tahun tersedia. Hanya saja permasalahannya adalah kebun-kebun manggis kita masih tersebar. Belum lagi kuantitas, kualitas, kontinuitas,” ucap Lukman.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, tingkat konsumsi buah-buahan Indonesia masih sangat rendah, yakni hanya 36,35 kilogram per kapita per tahun. Hal ini jauh di bawah rekomendasi Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) sebanyak 73 kilogram per kapita per tahun. Jika dihitung per hari rekomendasi FAO adalah 150 gram per hari, sedangkan Indonesia masih 88,56 gram per hari.

Lukman berharap melalui momentum pandemi ini dapat menjadi kebangkitan buah. Jika melihat data manggis, Lukman mengaku optimistis dengan angka produksi 322.000 ton, sedangkan angka kebutuhan Indonesia baru mencapai 99.000 ton. Artinya Indonesia masih surplus 161.000 ton. Sehingga sebenarnya Indonesia bisa meningkatkan ekspor hingga tujuh kali lipat, karena dari sisi produksi sangat memungkinkan, tetapi yang menjadi catatan adalah kualitasnya harus memenuhi standar.

Untuk mendukung Gerakan Tiga Kali Ekspor (GRATIEKS), Lukman mengatakan, perlu mengoptimalkan sentra-sentra yang sudah ekspor, dan mendorong kabupaten atau kota yang sudah surplus produksi namun belum melakukan ekspor.

Sponsored

Lebih lanjut, Lukman menjelaskan, ada beberapa strategi pengembangan hortikultura, di antaranya melalui pengembangan kampung buah, yang nantinya setiap kampung akan diupayakan tumbuh UMKM yang diperkuat melalui digitalisasi melalui pengembangan sistem early warning system (EWS).

Dalam kesempatan yang sama, Plt. Kepala Balitbu Tropika Kementerian Pertanian Ellina Mansyah mengatakan, potensi peningkatan ekspor manggis sangat besar. Ia juga menjelaskan standar mutu (SNI) yang dibutuhkan untuk ekspor buah manggis. Antara lain, warna kulit buah seragam, kelopak yang masih hijau dan segar, kulit buah tidak rusak atau bersih, bebas hama dan penyakit atau kerusakan serangga, daging buah berwarna putih bersih, mudah dibuka.

“Yang masih menjadi masalah adalah persentase ekspor kita masih rendah sekitar 8% sampai 27% dari total produksi. Kualitas, kuantitas dan kontinuitas masih belum terjamin selain itu angka produktifitas masih rendah, yaitu 8 ton per hektare, belum lagi masalah hama burik, semut, kutu putih dan penyakit getah kuning,” ucap Ellina.

Lebih lanjut, ia menjelaskan berbagai strategi untuk mendorong peningkatan ekspor manggis. Ada strategi jangka pendek satu sampai dua tahun dan jangka panjang di atas enam tahun. Untuk jangka pendek, kata dia, bisa melaksanakan dengan peningkatan produktivitas tanaman yang sudah ada, melalui penerapan teknologi budidaya, penanganan hama dan penyakit, penanganan getah kuning serta memperbaiki panen dan pasca panen untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas.

"Sedangkan untuk jangka panjang adalah melakukan perluasan areal tanam di berbagai wilayah, karena musim panen manggis di Indonesia ini tidak serentak sehingga perluasan areal atau wilayah adalah salah satu solusi bagaimana kontinuitas manggis-manggis kita di masa yang akan datang ,” ucap Ellina.

Berita Lainnya
×
tekid