Praktisi dan content creator beberkan kunci sukses bisnis digital

Praktisi media digital, Riswana Muchsin, mengatakan, ada beberapa jenis bisnis digital yang bisa menjadi sumber pemasukan baru. Misalnya, dropshipper, reseller (penjual ulang), atau menjadi influencer (pemengaruh). 

"Kunci sukses di bisnis digital adalah kreativitas, pemasaran yang tepat, manajemen waktu yang baik, serta menyesuaikan target yang disasar," katanya dalam keterangan, Senin (8/8). 

Menurut Riswana, menjadi pembuat konten di media sosial (content creator) juga bisa menghasilkan uang. Pun demikian dengan menjadi seorang YouTubers atau lewat podcast (siniar).

"Dalam beberapa tahun ke depan, bisnis digital akan terus marak dikembangkan dan masih memiliki potensi yang sangat besar. Hal ini didorong dengan perkembangan teknologi digital yang kian pesat," tuturnya.

Fashion director sekaligus content creator, Sofia Sari Dewi, menambahkan, hobi seseorang juga bisa menjadi potensi penghasilan dalam bisnis digital. Dicontohkannya dengan seseorang yang gemar jalan-jalan (travelling) ke tempat wisata atau suka mencicipi berbagai jenis masakan. 

"Selain itu, ingat harus percaya diri, konsisten membuat konten, dan rajin merespons orang lain," ucapnya.

Seseorang dengan keahlian tertentu juga bisa memberikan kiat sehingga mempermudah pekerjaan sehari-hari pun potensial menjadi ladang bisnis di dunia digital. Beberapa kata kunci dalam mengembangkan bisnis di dunia digital adalah memilih dan fokus pada media sosial yang dikuasai atau sesuai target pasar. 

"Kemudian, pada praktiknya bisa diterapkan atau direproduksi ke media sosial jenis lainnya," ujarnya.

Sementara itu, dosen IAIN Bone, Nur Aisyah Rusnali, mengingatkan pentingnya etika dalam membuat konten di dunia digital mengingat latar belakang orang beragam. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, seperti kesalahpahaman, dibutuhkan standar etika di internet atau kerap disebut sebagai netiket.

"Hal-hal yang terlarang dilakukan dalam membuat konten digital, di antaranya adalah keluar dari konsep yang dibuat, tidak melakukan branding, tidak menggunakan bahasa yang kasar, melakukan plagiasi, menyebarkan hoaks, menjelekkan konten orang lain, tidak menerima kritikan atau masukan, lalu tidak konsisten," paparnya.