close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi koperasi. Foto dokumentasi.
icon caption
Ilustrasi koperasi. Foto dokumentasi.
Bisnis
Rabu, 11 Juni 2025 20:00

Rekomendasi untuk Koperasi Desa Merah Putih agar tak ulang kesalahan masa lalu

Terdapat tujuh rekomendasi utama untuk memperkuat arah kebijakan pengembangan Koperasi Desa Merah Putih.
swipe

Rencana pemerintah membentuk Koperasi Desa Merah Putih sebagai motor penggerak ekonomi desa mendapat sambutan positif dari kalangan pengamat ekonomi. Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Eliza Mardian, menilai inisiatif ini berpotensi besar memperkuat ekonomi rakyat jika dijalankan dengan pendekatan yang kontekstual dan berkelanjutan.

“Perkembangan ekonomi desa sejak era kolonial hingga pascareformasi memberi kita pelajaran penting tentang apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki dalam membangun koperasi,” ujar Eliza dalam laporannya yang diterbitkan belum lama ini.

Menurutnya, pengalaman Koperasi Unit Desa (KUD) yang sempat mengalami kemunduran akibat pendekatan top-down dan penyeragaman harus dijadikan pelajaran. Agar tidak mengulang kesalahan masa lalu, Core Indonesia menyusun tujuh rekomendasi utama untuk memperkuat arah kebijakan pengembangan Koperasi Desa Merah Putih.

Pertama, menjaga muruah koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat. Pasalnya, koperasi lahir dari kesadaran kolektif, bukan semata proyek pemerintah. Prinsip-prinsip seperti keterbukaan, pengelolaan demokratis, dan kepedulian terhadap komunitas harus tetap menjadi dasar utama.

Kedua, rasionalisasi alokasi anggaran. Ia menyoroti rencana anggaran Rp400 triliun yang sebagian berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Dana Desa. “Kita perlu memastikan dana sebesar itu tidak mengganggu program-program desa yang selama ini sudah berjalan dan terbukti bermanfaat,” katanya.

Ketiga, penguatan manajemen risiko, dengan penekanan pentingnya sistem audit dan pendampingan intensif. Lantaran ia melihat, Indonesia perlu belajar dari Koperasi Simpan Pinjam yang banyak gagal karena lemahnya pemahaman pengurus terhadap risiko dan tidak adanya sistem peringatan dini.

Keempat, menjaga ekosistem ekonomi desa yang sudah ada. Ia mengingatkan agar koperasi baru tidak mengambil alih seluruh aktivitas ekonomi di desa. Serta kelima, penerapan pendekatan kontekstual. Eliza mengusulkan agar setiap koperasi dibangun berdasarkan karakteristik lokal dan potensi desa, karena satu format tidak bisa diterapkan untuk semua. Pemetaan potensi lokal sangat krusial.

Keenam, penerapan implementasi bertahap dengan akses terhadap dana sebaiknya disesuaikan dengan kesiapan sumber daya manusia dan rekam jejak pengelolaan ekonomi di desa tersebut. Langkahnya dengan fokus awal harus pada pelatihan dan penguatan kapasitas, bukan langsung pencairan dana besar.

Ketujuh, strategi pengembangan bertahap dan berlapis. Core mendorong agar desa-desa dengan kinerja ekonomi baik dijadikan model percontohan. “Desa unggulan bisa menjadi mentor bagi desa lain, menciptakan proses belajar yang lebih alami dan efektif,” tutur Eliza.

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan