sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Rupiah diprediksi menguat awal pekan ini

Sejumlah sentimen positif diyakini akan membantu penguatan rupiah terhadap dollar AS.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Senin, 15 Okt 2018 08:45 WIB
Rupiah diprediksi menguat awal pekan ini

Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) diperkirakan menguat di awal pekan ini. Sejumlah sentimen positif yang terjadi, termasuk pergerakan dollar AS yang masih cenderung melemah di pasar valas Asia, diharapkan menjadi faktor penguatan rupiah.  

"Diperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.188-Rp15.215," kata pengamat pasar modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Reza Priyambada dalam riset hariannya kepada Alinea.id, Senin (15 /10).

Terlebih, pelambatan laju dollar juga diikuti dengan penurunan imbal hasil obligasi AS, yang diharapkan semakin mengurangi tekanan pada rupiah.

Sentimen positif terutama dari penilaian lembaga asing dan sejumlah negara, terhadap kemampuan Indonesia menghadapi krisis perang dagang yang disampaikan dalam Annual Meeting IMF-WB, juga diharapkan dapat memperkuat laju rupiah.

"Tetap mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat rupiah kembali melemah," ujar Reza.

Sementara Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, memproyeksi kurs rupiah masih bergerak fluktuatif di kisaran Rp15.150 sampai Rp15.250 per dolar AS. Ia menjabarkan beberapa sentimen positif yang mempengaruhi. 

Salah satunya adalah pidato Presiden Joko Widodo saat membuka Rapat Pleno IMF-World Bank 2018 di Bali. Jokowi menghubungkan kondisi global terkini dengan serial televisi Game of Thrones. 

"Pidato Presiden Jokowi ditanggapi positif oleh pasar, karena menitikberatkan pentingnya kooperasi dan koordinasi dalam menjaga stabilitas ekonomi global di tengah perang dagang," kata Bhima dalam risetnya.

Sponsored

Pesan yang disampaikan Jokowi ini, diharapkan dapat membangkitkan kesadaran para pemimpin di negara maju untuk mengakhiri kebijakan proteksionisnya.

Bhima melanjutkan, beberapa sentimen positif untuk rupiah lainnya, adalah penurunan harga minyak mentah dunia yang disebabkan oleh revisi data permintaan energi di China. 

"Harga minyak penting sebagai barometer bagi Indonesia, karena kita adalah negara net importir minyak, sehingga penurunan harga minyak merupakan angin segar bagi defisit migas, dan cashflow Pertamina," katanya. 

Sekadar mengingatkan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bergerak melemah sepanjang perdagangan sepekan lalu. Faktor utama yang mendorong pelemahan nilai tukar rupiah, cenderung karena pengaruh sentimen negatif dari global.

Dalam sepekan rupiah mengalami depresiasi hingga 0,16% dan ditutup pada level Rp 15.200/US$. Bahkan rupiah sempat menembus level Rp 15.253/US$, melampaui posisi nilai tukar terendah saat krisis moneter 1998 yaitu Rp 15.250/US$.     

"Pergerakan rupiah di akhir pekan, mampu menyamai pergerakan IHSG yang berada di zona positifnya," ujar Bhima

Adanya komentar kontra dari Presiden Trump terhadap kebijakan The Fed untuk menaikan suku bunganya, ditanggapi positif oleh pelaku pasar. Penolakan ini dinilai dapat menahan potensi kenaikan suku bunga The Fed lebih lanjut.

Di sisi lain, pergerakan dollar AS cenderung melemah di pasar valas Asia, setelah pelaku pasar merespon rilis kenaikan di bawah ekspektasi dari indeks harga konsumen. Dengan rilis tersebut juga dinilai dapat mengurangi potensi kenaikan suku bunga The Fed.

"Pejabat Fed mengatakan bulan lalu mereka memperkirakan tiga kenaikan suku bunga pada 2019, dan beberapa mengatakan mereka terbuka untuk kenaikan suku bunga pada Desember, yang akan menjadi yang keempat tahun ini," kata Bhima menjelaskan.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid