sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sri Mulyani ingin ambil peluang perang dagang AS-China

Menteri Keuangan Sri Mulyani ingin Indonesia mengambil kesempatan dalam kesepakatan penundaan perang dagang antara Amerika Serikat dan China

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Senin, 03 Des 2018 23:37 WIB
Sri Mulyani ingin ambil peluang perang dagang AS-China

Menteri Keuangan Sri Mulyani ingin Indonesia mengambil kesempatan dalam kesepakatan penundaan perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

Sri Mulyani Indrawati menyambut kesepakatan Amerika Serikat dan China terkait perdagangan kedua negara. Bahkan, Menkeu menilai kesepakatan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menenangkan perang dagang. 

Menkeu Terbaik di Asia Pasifik Tahun 2018 versi majalah keuangan FinanceAsia itu menuturkan, Trump dan Jinping sepakat menghentikan perang dagang selama 90 hari.

"Dalam 90 hari kita harapkan ada kesepakatan dalam fundamental dalam kesepakatan perdagangan," ujar Sri Mulyani dalam acara CEO Networking 2018 di The Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, Senin (3/12). 

Adapun kedua pemimpin negara itu setuju untuk tidak lagi menaikkan tarif per 1 Januari 2019. Melalui kesepakatan ini, Presiden Trump akan meninggalkan tarif US$200 miliar atas barang-barang impor cari China. Trump juga setuju untuk tidak lagi menaikkan tarif impor sebesar 25% atas barang-barang dari China.

"Mereka (AS dan China) melakukan penundaan terhadap langkah-langkah kenaikan tarif, walaupun tidak berarti apa yang sudah dilakukan tarifnya turun. Tapi paling tidak memberikan tiga bulan atau 90 hari bagi kedua belah pihak melihat aspek kesepakatan yang bisa menenangkan pada awal tahun 2019," kata Sri Mulyani.

Menurut Sri Mulyani, Indonesia harus memanfaatkan sekaligus mengantisipasi risiko dari ketidakpastian kesepakatan ini. Sebab, sifat kesepakatan temporer, yaitu 90 hari. Apalagi, Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) sudah merevisi pertumbuhan ekonomi global dari 3,9% menjadi 3,5%. 

"Tahun depan pertumbuhan ekonomi global tidak sekuat tahun ini, maka kita perlu untuk jamin konsumsi domestik kita cukup kuat dan elastis," kata Menkeu. 

Sponsored

Menkeu terbaik Asia Pasifik Timur 2018 versi majalah Global Markets itu menjelaskan domestic demand yang dimaksud yaitu konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah. 

Sri Mulyani yang menyabet gelar Menteri Terbaik Dunia dalam ajang World Goverment Summit di Dubai, Uni Emirat Arab, tersebut memaparkan, sejauh ini APBN 2018 tergolong baik. Akan tetapi, harga komoditas global mengalami penurunan. Hal itu akan memicu penurunan permintaan dalam negeri. 

Indonesia, menurut Sri Mulyani, sudah mengalami dampak dari penurunan harga komoditas. Kekhawatiran bertambah lantaran pelemahan nilai tukar rupiah. 

"Tapi sekarang Anda akan berhadapan dengan demand side. Dalam mengelola APBN, kita juga hadapi tidak semuanya neraca maupun arus pendapatan ada kepastian. Kita bisa proyeksi tapi yang kita hadapi setiap hari adalah real time," ujar Sri Mulyani.

Lebih lanjut, dia mengatakan, pada tahun depan, situasi ekonomi bisa lebih stabil. Untuk itu, pemerintah menyesuaikan kebijakan di mana defisit APBN dirancang 1,8% terhadap Produk domestik bruto (PDB), belanja lebih dari Rp2.400 triliun, dan berbagai kebijakan perpajakan sebagai insentif.

"Semuanya diharapkan untuk bisa maintain strong domestic demand," kata Sri Mulyani. 

Berita Lainnya
×
tekid