sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Strategi investasi usai perundingan AS-China

Investor disarankan untuk lebih dinamis lagi mengalokasikan portofolio investasinya ke instrumen obligasi maupun reksa dana saham.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Rabu, 13 Nov 2019 23:01 WIB
Strategi investasi usai perundingan AS-China

Perundingan perdagangan Amerika Serikat dan China bulan lalu berakhir dengan nada optimistis. Kedua belah pihak masing-masing memiliki kepentingan untuk menyudahi ketegangan yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Pertemuan kedua pun dijadwalkan akan berlanjut di bulan Desember.

Melihat hal tersebut, Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya merekomendasikan investor untuk lebih dinamis lagi mengalokasikan portofolio investasinya ke instrumen obligasi maupun reksa dana saham dengan tetap memperhatikan profil risiko para investor.

"Dengan kondisi yang bergerak ke arah positif ini, alokasi portofolio investasi dapat menjadi lebih dinamis, namun tetap memperhatikan profil risiko setiap nasabah," kata Ivan melalui keterangan tertulis yang diterima Alinea.id, Rabu (13/11).  

Untuk profil risiko balanced, Ivan pun menyarankan untuk membagi porsi portofolio sebanyak 30% di reksa dana fixed income dan 30% di reksa dana saham, mengingat tren suku bunga yang sedang mengalami penurunan. Sedangkan untuk profil risiko growth, Ivan menyarankan tetap memilih porsi lebih besar di reksa dana saham dengan alokasi sebesar 70%.

Ivan meyakini iklim investasi akan lebih positif di kuartal IV-2019. Sebab, mayoritas hasil laporan pendapatan perusahaan penghuni indeks S&P 500 menunjukkan hasil yang lebih positif dibandingkan dengan perkiraan. Ditambah lagi, dengan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve untuk melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga membuat sentimen positif untuk pasar investasi.

Pada bulan Oktober lalu, Ivan mengamati investor juga melihat perkembangan Brexit dengan hati yang tenang, seiring dengan diterimanya usulan kesepakatan antara Inggris Raya dan Uni Eropa. Walaupun belum mendapatkan persetujuan dari parlemen Inggris, sehingga Uni Eropa kembali menyetujui permohonan Inggris untuk memperpanjang tenggat waktu Brexit hingga Januari 2020.

Sementara, sentimen dari dalam negeri datang dari Bank Indonesia yang merespons kebijakan The Fed dengan memangkas suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin ke angka 5%. Sentimen positif tersebut ditambah dengan optimisme pelantikan Kabinet Indonesia Maju yang penuh warna.

Meski demikian, ada hal-hal yang harus diperhatikan para investor di bulan November ini yakni perkembangan rencana perundingan lanjutan antara Amerika Serikat dan Tiongkok terkait perang dagang. Selain itu, investor perlu memperhatikan data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 tiap negara yang dijadwalkan akan dirilis di bulan ini.

Sponsored

“Data pertumbuhan ini akan menunjukkan apakah perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia lebih buruk atau lebih baik dari ekspektasi," tutur Ivan.

Ivan melanjutkan, pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat disebabkan tensi perang dagang yang belum usai. Namun, berbagai bank sentral saat ini melonggarkan kebijakan moneter untuk mendorong dana yang mengendap di tabungan agar dapat masuk ke investasi atau konsumsi, sehingga dapat memicu pertumbuhan ekonomi.

Ivan menambahkan, laporan pertumbuhan laba emiten kuartal-III 2019 juga menambah sentimen positif bagi pasar investasi. Sebab, mayoritas perusahaan memiliki hasil pertumbuhan laba di atas perkiraan.

Laporan pertumbuhan laba yang di atas ekspektasi, ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang melaju sedikit lebih baik dari perkiraan, serta perkembangan positif atas perundingan perang dagang antara AS-China, diharapkan mampu menunjang iklim pasar investasi di bulan November ini tetap positif.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid