sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Survei: Preferensi belanja daring meningkat jadi 56%

Masyarakat menghabiskan lebih banyak uang untuk belanja kebutuhan dasar.

Ghalda Anisah
Ghalda Anisah Selasa, 15 Sep 2020 20:40 WIB
Survei: Preferensi belanja daring meningkat jadi 56%

Survei Global Standard Chartered menyatakan covid-19 telah membuat konsumen berbelanja non-tunai lebih hati-hati dan teliti. Hampir 70% responden survei di Indonesia dan dua pertiga di seluruh dunia setuju bahwa Covid-19 membuat mereka lebih positif mengenai berbelanja secara daring.

Namun, mereka juga harus lebih berhati-hati dengan pengeluaran mereka dan menginginkan cara baru untuk melacak uang mereka secara digital.

Survei tersebut dilakukan terhadap 12.000 orang dewasa di 12 negara seperti Hongkong, India,Kenya, China Daratan, Malaysia, Pakistan, Singapura, Taiwan, Uni Emirat Arab, Inggris, dan AS. 

Di Indonesia, preferensi konsumen untuk berbelanja daring telah meningkat 16% (dari 40% sebelum pandemi menjadi 56% pada saat pandemi). Sementara tren global menunjukkan sepertiga total responden lebih memilih belanja daring sebelum pandemi, kini hampir setengah (48%) lebih memilih metode tersebut untuk pembelian barang di masa mendatang.

Peningkatan preferensi untuk pembayaran daring ini berlaku untuk berbagai pembelian, dari bahan makanan dan perjalanan hingga perangkat digital. Hasilnya, 80% orang di Indonesia (dan 64% secara global) sekarang mengharapkan negara ini menjadi sepenuhnya menjadi non-tunai, dengan sebagian besar masyarakat mengharapkan transisi ini terjadi pada tahun 2025.

Selain itu, di sepuluh negara yang disurvei, atau tempat di mana Standard Chartered menawarkan jasa perbankan ritel (semua kecuali Inggris dan AS), mentatat bahwa Covid-19 telah secara dramatis mempercepat penurunan penggunaan ATM.

Penarikan tunai dari ATM sekarang turun setengah dari jumlah dua tahun lalu. Selain bertransaksi secara non-tunai, lebih dari setengah orang Indonesia mengatakan bahwa mereka sekarang lebih cenderung berbelanja produk yang lokal sebanyak 67%, dan yang diproduksi UMKM 60%.

“Ini adalah kabar baik bagi usaha kecil dan mereka yang memproduksi barang-barang buatan lokal, terutama yang membuat dan menjual produk yang diproduksi secara berkelanjutan. Perubahan ini diharapkan dapat sejalan dengan program Bangga Buatan Indonesia (BBI) dari pemerintah Indonesia yang mendorong belanja produk dalam negeri, khususnya dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sebagai cara mendongkrak belanja domestik yang adalah penyumbang signifikan bagi PDB Indonesia,” kata Andrew Chia, CEO, Standard Chartered Bank Indonesia dalam keterangan tertulis yang diterima Alinea.id, selasa (15/9).

Sponsored

Selain itu, konsumen di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, sekarang juga menghabiskan lebih banyak uang untuk kebutuhan dasar, seperti bahan makanan dan perawatan kesehatan serta perangkat digital, dibanding dengan apa yang mereka belanjakan sebelum pandemi, dan mereka melihat peningkatan ini terus berlanjut di masa mendatang.

Sebanyak 56% orang Indonesia (64% secara global) mengatakan bahwa mereka mengeluarkan lebih sedikit uang untuk perjalanan liburan bila dibandingkan sebelum pandemi.

Sementara 36% orang Indonesia (dan 41% secara global) menghabiskan lebih sedikit untuk hal yang bersifat pengalaman, dan 49% (55% secara global) mengeluarkan lebih sedikit uang untuk belanja pakaian.

Tren mengantisipasi pengeluaran yang lebih sedikit untuk perjalanan liburan diperkirakan akan terus berlanjut. Selain itu ke depannya diprediksi sebanyak 31% akan mengurangi berbelanja pakaian.

Berita Lainnya
×
tekid