sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kamboja pulangkan sampah plastik ke AS dan Kanada

Berang dengan kasus impor sampah, Kamboja menegaskan bahwa negaranya bukanlah tempat sampah.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Kamis, 18 Jul 2019 15:26 WIB
Kamboja pulangkan sampah plastik ke AS dan Kanada

Kamboja, menjadi negara Asia terbaru yang menolak pengiriman limbah oleh perusahaan-perusahaan Barat. Pejabat Kamboja pada Rabu (17/7), mengumumkan bahwa mereka akan mengirim kembali 1.600 ton sampah ke negara asal, Amerika Serikat dan Kanada.

Juru bicara Kementerian Lingkungan Hidup Kamboja Neth Pheaktra menuturkan terdapat 83 kontainer berisi sampah plastik di pelabuhan Sihanoukville pada Selasa (16/7). Menurut Pheaktra, kontainer tersebut dilabeli sebagai "produk daur ulang" tanpa pemberitahuan bahwa sebenarnya itu adalah limbah plastik.

Pihak bea cukai saat ini tengah menyelidiki bagaimana kontainer-kontainer tersebut berakhir di Kamboja, termasuk perusahaan atau kelompok mana yang berada di belakang impor limbah plastik.

Pheaktra menegaskan jika pelaku telah terungkap maka yang bersangkutan akan didenda dan diseret ke pengadilan. Sementara itu, proses pengiriman kembali sampah ke AS dan Kanada akan dimulai.

"Kamboja bukan tempat sampah di mana negara-negara asing dapat membuang sampah elektronik yang sudah ketinggalan zaman, dan pemerintah juga menentang setiap impor limbah plastik dan pelumas yang akan didaur ulang di negara ini," tutur Pheaktra.

Pheaktra mengatakan bahwa 70 kontainer sampah di Kamboja berasal dari AS, sementara 13 lainnya datang dari Kanada. 

Ini adalah insiden terakhir dalam krisis sampah global, di mana sampah elektronik, plastik dan lainnya dari sebagian besar negara Barat dikirimkan ke Asia Tenggara.

Tahun lalu, China melarang impor sampah plastik sebagai bagian dari inisiatif untuk membersihkan lingkungannya. Langkah tersebut memicu efek riak pada rantai pasokan global karena perantara mencari tujuan baru seperti Malaysia, Filipina, Kamboja atau Indonesia.

Sponsored

Pivot impor sampah ini telah menciptakan industri daur ulang plastik ilegal. Di Malaysia, pada awal tahun ini, tindakan keras pemerintah menemukan setidaknya 148 pabrik daur ulang ilegal yang mencemari masyarakat lokal dengan asap beracun dan mengkontaminasi badan air.

Impor sampah ini bahkan menyeret Filipina dan Kanada dalam pertikaian diplomatik. Presiden Rodrigo Duterte sempat memanggil pulang duta besarnya di Ottawa sebelum akhirnya Kanada setuju untuk mengambil 2.450 ton sampahnya pada Mei.

Pada Mei pula Malaysia mengirimkan kembali sampah plastik sebanyak 450 ton ke negara asal mereka, termasuk AS, Inggris, Kanada, Jepang dan Belanda.

Adapun Indonesia juga telah mengumumkan akan memulangkan puluhan kontainer penuh sampah ke Prancis, Australia dan negara-negara maju lainnya.

Menurut WorldWide Fund for Nature (WWF), sekitar 300 juta ton plastik diproduksi setiap tahunnya, dengan sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah atau mencemari laut.

Pada Mei, 187 negara menandatangani kesepakatan untuk mengontrol impor sampah plastik lebih transparan dan baik demi memastikan bahwa pengelolaannya lebih aman bagi kesehatan lingkungan dan manusia. Namun beberapa negara menolak menyetujuinya, termasuk AS.  (CNN dan The Guardian)

Berita Lainnya
×
tekid