sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

KBRI Beijing pulangkan 21 WNI dari China

Per Senin (10/2), tersisa 1.890 WNI di China. Jumlah itu berkurang signifikan dari data Desember 2019, yaitu 16.500 WNI.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 10 Feb 2020 20:29 WIB
KBRI Beijing pulangkan 21 WNI dari China

Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun menyatakan bahwa per Senin (10/2), ada sebanyak 1.890 WNI di Tiongkok. Angka itu berkurang signifikan dari data Desember 2019 yang mencatat sekitar 16.500 WNI di negara itu.

Menurut Djauhari, penurunan jumlah WNI terjadi sejak KBRI Beijing, KJRI Shanghai, dan KJRI Guangzhou mengimbau WNI, terutama para mahasiswa, untuk melanjutkan libur Tahun Baru Imlek di Indonesia atas kekhawatiran penyebaran wabah coronavirus jenis baru yang bersumber dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei.

Lebih lanjut, Dubes Djauhari menyebut, pada Senin pukul 09.30 waktu Tiongkok, KBRI Beijing memfasilitasi pemulangan 21 mahasiswa WNI yang khawatir akan merebaknya coronavirus di negara itu. Mereka bertolak dari Bandara Internasional Beijing dan dijadwalkan tiba di Jakarta pada Senin sore waktu setempat.

"Para WNI pulang dengan maskapai Malaysia Airlines dan transit dulu di Malaysia sebelum ke Jakarta," kata dia melalui sambungan konferensi video di Kantor Staf Presiden, Jakarta, pada Senin.

Djauhari menjelaskan bahwa dari 1.890 WNI yang masih berada di China, 722 berada di wilayah kerja KBRI Beijing, 841 di wilayah kerja KJRI Shanghai, dan 327 di wilayah kerja KJRI Guangzhou.

"Mereka yang masih menetap di Tiongkok dalam keadaan sehat, kita pantau terus," tutur Dubes Djauhari.

Sementara itu, dia mengatakan bahwa KBRI Beijing dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah bekerja sama untuk mengirimkan stok masker bagi WNI yang membutuhkannya.

"Komunikasi dengan para WNI di Tiongkok mulai intens sejak 22 Januari. KBRI Beijing ingin berterima kasih kepada Perwakilan Pelajar Indonesia di Tiongkok (PPIT) yang memiliki cabang di 25 kota. Mereka bantu memonitor status mahasiswa dan mendistribusikan bantuan kepada mereka," lanjut dia.

Sponsored

Dalam kesempatan yang sama, Plt. juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah mengatakan bahwa 21 WNI yang pulang ke Indonesia tidak perlu menjalankan proses karantina setibanya di Tanah Air karena bertolak dari wilayah yang tidak diisolasi pihak berwenang China. Selain itu, mereka dilaporkan telah menjalani proses pemeriksaan kesehatan dan dinyatakan layak terbang.

"Saat nanti tiba di Jakarta, ada proses kesehatan lainnya dari Kementerian Kesehatan RI. Namun, perlu dicatat bahwa dari Tiongkok pun mereka sudah menjalani proses kesehatan dan dinyatakan fit," sambung dia.

Senada dengan Faizasyah, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Anung Sugihantono menyatakan bahwa WNI yang tidak dari Provinsi Hubei tidak perlu lagi melewati prosedur karantina selama 14 hari di Natuna. 

"Prosedur dari Kemenkes RI sama dengan negara lain, 21 WNI tersebut akan diminta mengisi Health Alert Card (HAC) untuk kemudahan mendeteksi jika mereka dinyatakan menderita gejala-gejala coronavirus selama 14 hari ke depan, maka akan dirawat," kata Anung. "Kemenkes sendiri sudah memegang nama-nama dari 21 WNI yang pulang itu."

Lebih lanjut, Dubes Djauhari memaparkan bahwa menurut data Komisi Kesehatan Nasional China, angka kematian global akibat coronavirus jenis baru meningkat jadi 910 orang dengan lebih dari 40.500 kasus di seluruh dunia.

Djauhari menjelaskan, pada Senin siang, aktivitas pabrik dan bisnis mulai pulih di China, terkecuali di Provinsi Hubei yang masih diisolasi. Selain 15 kota di Provinsi Hubei, dia mengatakan bahwa ada dua hingga tiga kota di provinsi lainnya yang menganjurkan self-restriction bagi warganya.

"Artinya pemerintah setempat menganjurkan warga kota-kota tersebut untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, kantor, atau tempat umum lainnya. Tapi perlu ditegaskan bahwa statusnya bukan diisolasi," tegas dia.

Berita Lainnya
×
tekid