sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ketegangan komunal ancam Sri Lanka pasca-pengeboman Minggu Paskah

Uskup Agung Kolombo menyerukan ketenangan dan tidak adanya permusuhan lebih lanjut terhadap umat Islam.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Rabu, 08 Mei 2019 13:04 WIB
Ketegangan komunal ancam Sri Lanka pasca-pengeboman Minggu Paskah

Kekerasan meletus di sebuah kota di Sri Lanka yang menjadi target pengeboman Minggu Paskah setelah sejumlah penganut Katolik menyerang toko-toko milik warga muslim dan sebuah kendaraan. Peristiwa itu mendorong otoritas gereja menyerukan agar warga tenang dan tidak ada permusuhan lebih lanjut terhadap umat Islam di daerah tersebut.

Kerusuhan kecil pecah di Desa Porutota, Negombo, pada Minggu (5/5) setelah perselisihan antara seorang sopir tuk tuk muslim dengan sekelompok umat Katolik, yang bersikeras memeriksa kendaraannya. Demikian keterangan sumber intelijen militer.

Adu mulut kemudian berubah menjadi kekerasan dan puluhan perusuh mengamuk di jalan-jalan, menyebabkan kendaraan itu dibakar dan dua toko milik warga muslim diserang.

Juru bicara Kepolisian Sri Lanka Ruwan Gunasekara dalam konferensi pers pada Senin (6/5) mengklaim bahwa dua kelompok yang mabuk bertanggung jawab atas kerusuhan tersebut.

Kerusuhan yang terjadi membuat pasukan polisi tambahan dikerahkan ke desa itu. Jam malam diberlakukan pada Minggu untuk mengendalikan situasi.

Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe menuturkan siapapun yang kehilangan properti dalam bentrokan pada Minggu akan dikompensasi oleh pemerintah.

Kardinal Malcolm Ranjith, Uskup Agung Kolombo, menyayangkan insiden tersebut sekaligus menyerukan penutupan toko minuman keras di wilayah itu.

"Ketika berada di bawah pengaruh alkohol, orang terkadang berperilaku lebih buruk daripada binatang," ujar Kardinal Ranjith. "Saya mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan berusaha menahan diri. Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih kepada pemuka agama Buddha, Hindu dan Islam. Beberapa pihak berusaha untuk memicu kebencian komunal demi menciptakan bentrokan antaragama."

Sponsored

Baik pemimpin komunitas muslim maupun Kristen telah mengungkapkan keprihatinan mereka tentang potensi kekerasan lebih lanjut pasca-serangan Minggu Paskah, yang menewaskan lebih dari 250 orang dan membuat 500 lainnya cedera.

Di Negombo, lebih dari 100 jemaat tewas setelah seorang pengebom bunuh diri menargetkan Gereja St. Sebastian pada Minggu Paskah. Kelompok ekstremis National Thowheeth Jama'ath (NTJ), yang bersekutu dengan ISIS, telah dituduh bersalah atas serangan teror tersebut.

Islam dan Kristen merupakan minoritas di Sri Lanka yang mayoritas berkeyakinan Buddha. Sejak lama keduanya telah menghadapi tekanan dari kelompok-kelompok Buddha garis keras, dan biasanya mereka bekerja sama untuk mempromosikan keharmonisan yang lebih baik antarkomunitas.

"Saya sungguh-sungguh meminta umat Katolik untuk tidak mengangkat tangan melawan umat muslim. Bukan mereka yang mendalangi insiden ini. Pelakunya adalah orang-orang salah arah yang dimanipulasi oleh pasukan internasional untuk mewujudkan tujuan politik mereka. Menurut ajaran agama kita, kita seharusnya tidak menyakiti siapapun," tutur Kardinal Ranjith. 

Polisi dan tentara telah dikerahkan ke banyak gereja dan masjid di Sri Lanka sejak Minggu Paskah. Itu didasari oleh kekhawatiran akan kekerasan teroris lebih lanjut dan serangan balas dendam.

Para pemimpin komunitas muslim di Sri Lanka mengatakan bahwa mereka telah berulang kali berusaha memperingatkan pihak berwenang tentang potensi kekerasan ekstremis yang tumbuh dalam masyarakat, termasuk dari khotbah-khotbah Zahran Hashim, yang diduga merupakan pemimpin serangan Minggu Paskah.

Sumber : CNN

Berita Lainnya
×
tekid