sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Konflik berlanjut, Ethiopia terancam perang saudara

Ketegangan meningkat ketika Tigray menentang otoritas Abiy dan mengadakan pemilihan daerah, September.

Angelin Putri Syah
Angelin Putri Syah Jumat, 06 Nov 2020 17:20 WIB
Konflik berlanjut, Ethiopia terancam perang saudara

Ethiopia terancam perang saudara ketika militernya meningkatkan permusuhan terhadap faksi yang berkuasa di wilayah utara Tigray, yang mengumpulkan pasukan dari seluruh negeri saat para pemimpin mengabaikan permintaan internasional untuk mundur.

"Negara kami telah memasuki perang yang tidak diantisipasi," kata Wakil Kepala Pasukan Pertahanan Nasional Ethiopia, Jenderal Birhanu Jula, melalui televisi pemerintah pada Kamis (6/11) sore. "Perang ini memalukan, tidak masuk akal.”

"Dalam bentrokan awal, ada tentara yang terluka di kedua sisi," tambahnya.

Pada hari Rabu (5/11), Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, mengumumkan operasi militer di Tigray setelah menuduh Front Pembebasan Rakyat Tigray yang berkuasa di kawasan itu mempersenjatai milisi tidak beraturan dan mengatur serangan terhadap pangkalan militer federal utama di wilayah tersebut.

Pejabat Barat melaporkan, bentrokan antara pasukan federal dan keamanan lokal di Tigray pada Rabu menyebabkan puluhan korban. Namun, tidak jelas perinciannya karena layanan internet dan telepon ke daerah itu terputus.

Berbicara di televisi Tigrayan pada Kamis, Presiden regional, Debretsion Gebremichael, mengatakan, "Tigrayans memiliki potensi penuh untuk menghancurkan musuh jauh dan dekat, mereka yang menginjak perdamaian dan menyatakan perang terhadap rakyat Tigray."

Ketegangan meningkat sejak September ketika Tigray menentang otoritas Abiy dan mengadakan pemilihan daerah, bahkan ketika pemungutan suara di seluruh Ethiopia ditunda karena pandemi Covid-19.

Konfrontasi pun meningkat pada Oktober saat anggota Parlemen Ethiopia mengalihkan dana federal dari otoritas Tigrayan sebagai sarana hukuman. Sekarang, setelah perselisihan berubah menjadi pertempuran, Abiy mengambil risiko kampanye.

Sponsored

Menurut International Crisis Group, Tigray memiliki pasukan paramiliter yang besar dan milisi lokal yang terlatih dengan baik, bahkan hingga 250.000 orang bersenjata.

Wilayah ini juga merupakan rumah bagi pangkalan militer terbesar Ethiopia. Menurut beberapa perkiraan, setengah dari pasukan di Angkatan Darat Ethiopia, bersama dengan banyak artileri dan persenjataan berat lainnya.

Front Pembebasan Rakyat Tigray menggulingkan seorang diktator Marxis pada 1991 dan secara efektif memerintah Ethiopia selama hampir tiga dekade. Namun, pengaruhnya menurun tajam setelah Abiy berkuasa pada 2018.

Pejabat Tigrayan mengeluh karena terpinggirkan dan dituduh secara tidak adil melakukan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Pun marah dengan deskripsi Abiy tentang masa pemerintahan mereka sebagai "27 tahun kegelapan."

Abiy memandang para pemimpin Tigrayan sebagai pembuat onar biasa yang masih kesal karena kehilangan pengaruh mereka.

Ketika konfrontasi antara kedua pihak meningkat tahun ini, sentimen publik untuk memisahkan diri dari Ethiopia tumbuh di dalam Tigray. Namun, saat beralih ke aksi militer sekarang, Abiy memicu konflik tak terduga yang berisiko meluas ke seluruh Ethiopia, negara terpadat kedua di Afrika.

Kata seorang pejabat Barat dan Ethiopia, unit Tigrayan bentrok dengan militer di beberapa lokasi di seluruh wilayah sejak Rabu.

Seorang pejabat senior PBB mengatakan, menjadi sangat sulit untuk melakukan perjalanan di dalam Tigray. Sehingga, memaksa organisasi internasional tersebut menghentikan distribusi makanan ke kamp-kamp besar di sepanjang perbatasan dengan Eritrea yang menampung ribuan pengungsi.

"Beberapa pekerja kemanusiaan terjebak di luar ibu kota regional, Mekelle, ketika mereka menunggu izin melakukan perjalanan dari Tigray," kata pejabat itu yang berbicara secara anonim karena tidak berwenang berbicara di depan umum.

Sementara itu, Kepala Cabang Badan Pengungsi PBB di Ethiopia, Ann Encontre, mengatakan, operasi membantu pencari suaka terkena dampak buruk di Tigray. "Anda tidak bisa keluar-masuk wilayah ini dan lalu lintas udara telah berhenti."

Pemerintah mengatakan, operasinya ditargetkan pada para pemimpin Tigray dan bukan warga biasa.

Dalam sebuah wawancara, seorang pejabat senior Ethiopia mengakui, beberapa komandan militer telah membelot ke Tigray selama bentrokan pertama pada Rabu. "Perwira lain telah menggantikan mereka dan tentara di Tigray tetap di bawah kendali kuat pemerintah pusat," ucap sumber.

Dia juga memastikan, pertempuran antara pasukan federal dan lokal telah meletus di sepanjang perbatasan antara Tigray dan wilayah Amhara di selatan. "Pemerintah memperkirakan operasi di Tigray akan berlangsung antara tiga hingga enam bulan," tambahnya. (NY Times)

Berita Lainnya
×
tekid