SURIAH masih menjadi medan perang bagi kekuatan dunia. Pertempuran terjadi nyaris tanpa jeda.
Dengan dalih menghabisi gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Amerika Serikat terus membombardir pertahanan ISIS di Raqqa. Sementara Rusia juga tiada henti menghancurkan kekuatan pemberontak yang melawan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
Sayangnya, berbagai serangan AS dan Rusia kerap tidak tepat sasaran. Warga sipil Suriahlah yang menjadi korban. Jumlah korban tewas terus bertambah. Sedangkan pemberontakan kelompok anti-Assad terus berlanjut dan perlawanan ISIS belum mereda.
Ribuan warga sipil mengungsi meninggalkan Raqqa. Banyak pengungsi yang terluka akibat pengeboman jet tempur AS. Sebagian besar anak-anak juga mengalami kelaparan karena tidak ada pasokan makanan. Mengungsi menjadi solusi sementara untuk menyelamatkan diri.
.jpg)
“Istri, ibu, ayah, dan 14 anggota keluarga saya sudah tewas. Jenazah mereka tertimbun di bawah puing-puing bangunan,” ucap Abdullah Ali (24), warga Raqqa yang mengungsi, dilansir Channel News Asia. Ali masih trauma dengan serangan militer AS ke Raqqa. Dia mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya.
Serangan besar-besaran AS ke Raqqa, ibu kota de facto Suriah sejak 2014, dimulai sejak Juni lalu. Meskipun militer Suriah mengklaim sudah menguasai Raqqa, ratusan gerilyawan ISIS masih membaur bersama penduduk sipil. Banyak warga yang dijadikan tameng hidup untuk pertahanan ISIS.
“Banyak warga yang mencoba melarikan diri. Tapi mereka ditembak gerilyawan ISIS. Saya melihat mereka membunuh bocah berusia dua tahun,” tutur Um Moussa (38).