sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Serbia, Slovakia, dan Afsel deklarasikan darurat nasional

Beberapa negara lainnya termasuk Amerika Serikat, Spanyol, Republik Ceko, dan Bulgaria juga telah mengambil langkah serupa.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 16 Mar 2020 09:35 WIB
Serbia, Slovakia, dan Afsel deklarasikan darurat nasional

Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengumumkan keadaaan darurat pada Minggu (15/3) untuk menghentikan penyebaran coronavirus jenis baru atau Covid-19 setelah bertemu dengan sejumlah pejabat di Beograd.

Vucic menuturkan dia bertindak sesuai dengan ketentuan hukum yang memungkinkan dia untuk menyatakan keadaan darurat dengan tidak adanya parlemen, yang dibubarkan sebelum pemilu pada 26 April.

"Sejak saat ini kami menerakan keadaan darurat," kata Vucic dalam pidatonya yang disiarkan di televisi, menambahkan bahwa pemerintah akan segera merumuskan tindakan paling keras.

Dia menyatakan bahwa pertarungan melawan musuh tidak terlihat akan ditujukan untuk melindungi para lansia, yang paling berisiko.

Vucic pun mengumumkan bahwa taman kanak-kanan, sekolah, dan universitas akan ditutup hingga akhir semester.

Serbia saat ini melaporkan 46 kasus positif Covid-19. 

Vucic memperingatkan bahwa mulai Senin (16/3), militer akan berjaga di rumah-rumah sakit, sementara polisi akan memantau mereka yang dikarantina atau mengisolasi diri selama 14 hari atau 28 hari. Mereka yang melanggar karantina dapat menghadapi hukuman penjara hingga tiga tahun.

Serbia sendiri telah melarang pertemuan di dalam ruangan, dan menutup perbatasan untuk warga dari sejumlah negara termasuk Italia, Iran, sejumlah wilayah di China, Korea Selatan, dan Swiss.

Sponsored

Setelah pidato Presiden Vucic, Perdana Menteri Ana Brnabic mengumumkan pembatasan perbatasan Serbia, di mana militer akan dikerahkan.

"Perbatasan akan terbuka bagi warga negara Serbia, diplomat asing, dan warga negara asing dengan izin tinggal," kata dia kepada RTS TV.

Banyak warga Serbia yang tinggal dan bekerja di Uni Eropa pulang pada akhir pekan, meski telah ada imbauan dari Presiden Vucic agar mereka menghindari bepergian ke negara itu.

Di Slovakia, pemerintah juga mendeklarasikan keadaan darurat nasional pada Minggu, untuk menahan laju penyebaran coronavirus jenis baru. Perdana Menteri Peter Pellegrini memerintahkan pusat-pusat keramaian ditutup, kecuali toko makanan, apotek, bank, stasiun pengisian bahan bakar, dan kantor pos, mulai pukul 06.00 pada Senin. 

PM Pellegrini mengatakan bahwa komite krisis pemerintah akan bertemu pada Senin untuk membahas langkah-langkah lebih lanjut, termasuk upaya untuk mengurangi dampak krisis terhadap perekonomian. 

"Kita harus melakukan apa pun agar laju penyebaran virus tidak meningkat" ujar dia.

PM Pellegrini menuturkan bahwa tidak menutup kemungkinan Volkswagen akan menghentikan produksi di pabriknya di dekat Bratislava pada Senin atau dalam beberapa hari ke depan menyusul kasus infeksi di pabrik tersebut.

Volkswagen kemudian mengumumkan bahwa pihaknya akan memulai proses penutupan pada Senin. Namun mereka tidak mengomentari apakah alasannya adalah kasus infeksi di pabrik. Menteri ekonomi dilaporkan akan bertemu dengan para eksekutif Volkswagen pada Senin.

"Kami berharap situasi mengenai coronavirus jenis baru akan mereda selama akhir pekan, tetapi tidak," kata Ketua Dewan Volkswagen Slovakia Oliver Grunberg. "Dengan demikian, kami mempertimbangkan meminta (perusahaan induk) untuk menangguhkan produksi sebagai solusi yang paling bertanggung jawab."

Slovakia pekan lalu mengumumkan pemeriksaan di perbatasan, menghentikan perjalanan internasional ke dan dari negara itu dan menutup sekolah-sekolah. Pusat-pusat olahraga, rekreasi, dan hiburan juga ditutup.

Hingga berita ini diturunkan Slovakia mencatat 61 kasus infeksi coronavirus jenis baru.

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa pun mengumumkan keadaan darurat dalam pidatonya pada Minggu. Selain itu, Presiden Ramaphosa memberlakukan larangan bepergian terhadap sejumlah warga negara, menutup sekolah-sekolah, dan melarang pertemuan publik lebih dari 100 orang.

"Kami telah memutuskan untuk mengambil langkah-langkah segera dan drastis untuk mengelola penyakit ini, melindungi rakyat kami, dan mengurangi dampak virus pada masyarakat dan ekonomi kami," ujar dia. "Tidak ada langkah setengah-setengah."

Presiden Ramaphosa menyatakan, pemerintah telah menyelesaikan paket untuk meminimalkan efek pandemi Covid-19 terhadap perekonomian.

Afrika Selatan saat ini mencatat 61 kasus infeksi coronavirus jenis baru, dengan sebagian besar pasien dilaporkan telah melakukan perjalanan ke negara yang mengalami kasus serupa. Otoritas kesehatan setempat memprediksi hanya masalah waktu sebelum transmisi lokal meningkat.

Presiden Ramaphosa menekankan bahwa warga dari Amerika Serikat, Inggris, China, Italia, Jerman, Korea Selatan, Iran, dan Spanyol akan ditolak visanya.  Setiap warga negara asing yang pernah mengunjungi negara berisiko tinggi dalam 20 hari terakhir juga akan bernasib serupa.

Ada pun pendatang dari negara-negara berisiko menengah seperti Portugal, Hong Kong, dan Singapura akan diminta untuk menjalani pemeriksaan intensitas tinggi.

"Pembatasan perjalanan tidak akan menghentikan virus masuk, tetapi akan membantu memperlambat kedatangannya," ujar Cheryl Cohen, kepala divisi penyakit pernapasan di Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD).

Warga negara Afrika Selatan yang kembali dari sejumlah negara dengan kasus Covid-19 yang tinggi diharuskan menjalani tes dan isolasi diri atau karantina pada saat kedatangan mereka.

Seluruh sekolah ditutup dari 18 Maret hingga setelah akhir pekan Paskah, sementara libur tengah tahun akan dipersingkat untuk mengompensasi hilangnya waktu belajar mengajar.

"Memang benar bahwa kita menghadapi darurat yang serius, tetapi jika kita bertindak bersama, jika kita bertindak sekarang, dan jika kita bertindak tegas, saya yakin kita akan mengatasinya," ujar Presiden Ramaphosa.

Beberapa negara lainnya termasuk Amerika Serikat, Spanyol, Republik Ceko, dan Bulgaria juga telah mengumumkan keadaan darurat nasional. (Reuters dan Bloomberg)

Berita Lainnya
×
tekid