sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Setelah Iran membombardir Israel...

Serangan langsung Iran terhadap target-target Israel mengindiksikasi eskalasi konflik pada level tertinggi.

Christian D Simbolon
Christian D Simbolon Senin, 15 Apr 2024 14:52 WIB
Setelah Iran membombardir Israel...

Beberapa saat sebelum misil dan rudal balistik Iran mencapai target-target mereka di Israel, akun X (Twitter) resmi perwakilan Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), @Iran_UN, mengunggah sikap Iran terhadap serangan tersebut. Mengutip pasal 51 Piagam PBB soal tindakan bela diri, Iran berdalih serbuan udara ke Israel bisa dibenarkan. 

"Masalah ini bisa dianggap selesai. Tetapi, jika rezim Israel kembali membuat kesalahan, respons Iran bakal lebih keras. Ini konflik antara Iran dan rezim Israel yang mana tak boleh dicampuri oleh Amerika Serikat," tulis @Iran_UN.

Iran meluncurkan setidaknya 300 misil dan drone untuk menyerang target-target militer dan sipil di tanah Israel, Sabtu (13/4) lalu. Militer Iran juga menyita kapal kontainer Israel yang tengah melintas di Selat Hormuz. Aksi-aksi itu diklaim sebagai respons atas pembunuhan sejumlah petinggi Garda Revolusi Iran di Suriah, beberapa pekan sebelumnya. 

Di Iran, serangan militer terhadap Israel mendapat respons yang tak seragam. Sebagian publik Iran bersuka cita merayakannya. Lainnya gamang dan paranoid. Itu setidaknya terlihat dari antrean panjang di sejumlah pom bensin dan toko kelontong di Teheran dan kota-kota lainnya. Mereka seolah tengah mengepul bahan bakar dan makanan demi mempersiapkan diri untuk konflik berkepanjangan. 

Israel memang sudah menjanjikan aksi balasan. Presiden Israel Isaac Herzog menyatakan serangan Iran sebagai deklarasi perang. Ia mengklaim tengah mendiskusikan respons yang tepat bagi serangan tersebut dengan AS. Semua opsi militer dibuka.

"Kami akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi dan membela rakyat kami. Kami menahan diri karena kami tahu (tindakan kami) pasti ada akibatnya," kata Herzog. 

Selain Iran, Israel juga terlibat perang roket dengan Hizbullah, organisasi paramiliter yang disokong Iran di Lebanon. Berbarengan dengan serangan misil Iran, Hizbullah meluncurkan puluhan roket menyerang target-target militer Israel di Dataran Tinggi Golan. 

Serangan Iran mengindikasikan eksalasi konflik ke level tertinggi sepajang sejarah. Iran tak pernah meluncurkan serangan langsung ke Israel dari negara mereka. Serupa, Israel juga tak pernah berani menyerang Iran secara langsung. Serangan terhadap "kepentingan" dan petinggi militer Iran biasanya dilakukan Israel di Lebanon, Suriah, dan negara-negara lainnya. 

Sponsored

"Serangan terakhir Iran memunculkan kekhawatiran perang regional akan mengepung Timur Tengah," tulis Daniel Byman dan Kenneth M. Pollack dalam sebuah artikel analisis yang tayang di Foreign Affairs

Jika perang dengan Israel pecah, Iran sudah pasti bakal melibatkan Hizbullah dan Suriah sebagai sekutu. Meskipun berbasis di Lebanon, Hizbullah "berbaiat" ke Iran. Di lain kubu, Israel bakal disokong AS. Negara-negara lain di Timur Tengah bisa ikut terpantik untuk bergabung dalam perang tersebut. 

"Ini (serangan Iran) membuka pintu bagi Israel untuk melakukan hal serupa (menyerang langsung Iran dari tanah Israel) dan Israel bisa menimbulkan kerusakan yang lebih parah bagi Iran ketimbang Iran terhadap Israel," jelas Byman dan Pollack. 

Jonathan Panikoff, mantan deputi Dewan Intelijen Nasional AS, menilai serangan Iran tidak mengindikasikan perang antara Israel versus Hamas di Gaza meluas. Ia juga pesimistis perang terbuka antara Israel dan Iran akan pecah pascaserangan tersebut. 

"Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hampir pasti akan merespons dengan menyerang target di Iran, tetapi serangan itu bakal terukur dan spesifik sehingga tak akan memicu respons balasan dari Iran. Yang terburuk, respons Israel ialah bombardir terhadap area-area strategis di Iran," kata Panikoff

Danny Citrinowicz, peneliti di Atlantic Council’s Middle East Programs, sepakat konflik antara Israel dan Iran tak akan pecah jadi perang terbuka. Pasalnya, Israel punya misi di Gaza yang harus dituntaskan terlebih dahulu. 

"Jika Israel masih memprioritaskan penghancuran Hamas dan dilepasnya tawanan perang, perluasan konflik akan kontraproduktif terhadap tujuan itu. Meski begitu, kita sedang di tahap awal, banyak hal bisa terjadi dalam beberapa hari ke depan," ujar Citrinowicz. 

 

Berita Lainnya
×
tekid