

Mengapa lingkar pinggang membesar seiring bertambahnya usia?

Ukuran lingkar pinggang kita bakal membesar seiring bertambahnya usia. Ini bukan sekadar menjadi masalah pada penampilan, tetapi juga berimbas pada problem kesehatan. Lemak perut mempercepat penuaan dan memperlambat metabolisme, yang akan meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, dan penyakit kronis lainnya.
Dikutip dari BBC, National Obesity Forum menyatakan, lingkar pinggang lebih dari 35 inci (88,9 sentimeter) untuk perempuan dan 40 inci (102 sentimeter) untuk pria merupakan risiko yang jauh lebih tinggi terhadap perkembangan penyakit jantung dan diabetes tipe-2.
Profesor fisiologi di Universitas Nottingham, Muchael Symonds mengatakan, lingkar pinggang yang membesar adalah hal yang wajar. “Antara usia 30 dan 40 tahun, orang cenderung melakukan lebih sedikit olahraga dan perubahan metabolisme membuat kita cenderung menyimpan lebih banyak lemak,” ujar Symonds kepada BBC.
Lemak cokelat atau lemak baik yang ada di dalam tubuh kita saat masih bayi terus menurun seiring bertambahnya usia. Ketika kita berusia setengah baya, lemak itu digantikan oleh lemak putih atau lemak jahat yang menempel di pinggang dan pinggul.
Saat yang sama, ketika jaringan lemak bertambah, kita juga kehilangan otot seiring bertambahnya usia. Hal ini menyebabkan kebutuhan energi kita menurun karena jaringan lemak membutuhkan lebih sedikit energi atau kalori untuk mempertahankan fungsinya dibandingkan dengan otot.
“Banyak orang juga menjadi kurang aktif seiring bertambahnya usia. Jika Anda membakar lebih sedikit kalori dan belum mengubah pola makan, berat badan akan bertambah,” kata ilmuwan gizi dari British Nutrition Foundation, Emma Williams kepada BBC.
“Perubahan hormonal juga memengaruhi distribusi lemak tubuh, sehingga kita cenderung menyimpan lemak di bagian tengah tubuh.”
Bertambahnya lingkar pinggang seiring bertambahnya usia, nyatanya bukan hanya karena gaya hidup dan perubahan hormon. Penelitian terbaru yang dikerjakan para peneliti dari Pusat Medis City of Hope—organisasi penelitian dan pengobatan kanker di Amerika Serikat—dan Universitas California bertajuk “Distinct adipose progenitor cells emerging with age drive active adipogenesis” di jurnal Science menemukan korelasi antara usia dan otot perut yang lembek.
“Orang sering kehilangan otot dan menambah lemak tubuh seiring bertambahnya usia. Bahkan ketika berat badan mereka tetap sama,” kata salah seorang penulis utama studi itu sekaligus profesor asosiasi endokrinologi molekuler dan seluler di Institut Penelitian Diabetes dan Metabolisme Arthur Riggs City of Hope, Qiong Wang, dalam situs City of Hope.
“Kami menemukan, penuaan memicu kemunculan jenis sel punca (induk) dewasa baru dan meningkatkan produksi besar-besaran sel lemak baru di tubuh, terutama di sekitar perut.”
Para peneliti melakukan serangkaian eksperimen pada tikus, lalu divalidasi pada sel manusia. Mereka memfokuskan penelitian pada white adipose tissue (WAT) atau jaringan adiposa putih—jaringan lemak yang bertanggung jawab atas penambahan berat badan terkait usia.
Para peneliti menduga, WAT bertambah besar seiring bertambahnya usia karena menghasilkan sel lemak baru, yang berarti jaringan ini punya potensi tak terbatas untuk tumbuh. Untuk menguji hipotesis tersebut, para peneliti memfokuskan pada adipocyte progenitor cells (APC) atau sel progenitor adiposit—sekelompok sel punca dalam WAT yang berkembang menjadi sel lemak.
Para peneliti mentransplantasikan APC dari tikus muda dan tua ke kelompok kedua tikus muda. APC dari tikus tua dengan cepat menghasilkan sejumlah besar sel lemak. Namun, ketika para peneliti mentransplantasikan APC dari tikus muda ke tikus tua, sel punca itu tidak banyak menghasilkan sel lemak baru.
“Hasil ini mengonfirmasi bahwa APC dari tikus tua dapat secara mandiri memproduksi sel lemak baru, terlepas dari usia inangnya,” tulis situs City of Hope.
Memanfaatkan sekuensing ribonucleic acid (RNA) atau asam ribonukleat sel tunggal, para peneliti membandingkan aktivitas gen APC pada tikus muda dan tua. Meski hampir tidak aktif pada tikus muda, APC menjadi sangat aktif pada tikus paruh baya dan mulai memproduksi banyak sel lemak baru.
“Meskipun kapasitas pertumbuhan sebagian besar sel punca dewasa menurun dengan bertambahnya usia, hal sebaliknya terjadi pada APC—penuaan justru mengaktifkan kemampuan sel-sel ini untuk berkembang dan menyebar,” kata Ketua Departemen Endokrinologi Molekuler dan Seluler di City of Hope, Adolfo Garcia-Ocana, dikutip dari situs City of Hope.
“Ini adalah bukti pertama bahwa perut kita membesar karena produksi besar-besaran sel lemak baru oleh APC.”
Penuaan juga mengubah APC menjadi jenis sel punca baru yang disebut committed preadipocytes, age-specific (CP-A). Sel tersebut muncul pada usia paruh baya dan aktif memproduksi sel lemak baru, yang menjelaskan mengapa tikus tua mengalami kenaikan berat badan lebih banyak. Jalur sinyal yang disebut leukemia inhibitory factor receptor (LIFR) terbukti sangat penting dalam mendorong sel CP-A berkembang biak dan menjadi sel lemak.
Lalu, menggunakan sekuensing RNA sel tunggal pada sampel dari orang-orang berbagai usia, para peneliti pun mempelajari APC dari jaringan manusia di laboratorium. Hasilnya, para peneliti mengidentifikasi sel CP-A serupa yang jumlahnya meningkat pada jaringan orang paruh baya. Temuan ini juga menunjukkan, CP-A pada manusia memiliki kapasitas tinggi untuk menciptakan sel lemak baru.
“Temuan kami menyoroti pentingnya mengontrol pembentukan sel lemak baru untuk mengatasi obesitas terkait usia,” kata Wang.


Tag Terkait
Berita Terkait
Kombinasi lingkungan perkotaan yang buruk terkait dengan penyakit asma
Seberapa bahaya bagi kesehatan lemak visceral?
Kombinasi penyakit kronis melipatgandakan risiko depresi
Penggunaan sarung tangan tak bisa gantikan sabun cuci tangan

