sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Anggota Komisi IV DPR ingatkan lagi pemerintah soal ancaman krisis pangan

Penggunaan pupuk kimia berlebihan juga bisa berpengaruh terhadap produksi hasil pertanian nasional.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Jumat, 22 Jul 2022 10:23 WIB
Anggota Komisi IV DPR ingatkan lagi pemerintah soal ancaman krisis pangan

Anggota Komisi IV DPR Firman Subagyo mendorong pemerintah mengantisipasi krisis pangan global yang dinilai lebih buruk dibandingkan krisis pangan di tahun 2018. Menurut dia, kondisi terburuk saat ini terjadi karena krisis ekonomi global akibat anomali cuaca dan dampak dari perang Rusia vs Ukraina.

"Dan dampak adanya pandemi Covid-19 yang sampai sekarang belum usai juga semakin memperparah kondisi perekonomian global kata Firman kepada wartawan di Jakarta, Jumat (22/7).

Menurut politikus Partai Golkar ini, sejak tahun 2009 ia sudah menyuarakan pentingnya swasembada pangan untuk menuju kedaulatan pangan nasional. Ketika itu, ia juga mendorong agar badan pangan nasional segera dibentuk untuk mempersiapkan dan kemungkinan terjadinya krisis pangan tersebut. 

Apalagi, kata dia, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan Food and Agriculture Organization (FAO) telah merilis angka perkiraan populasi penduduk dunia yang akan meningkat tajam di tahun 2050 yaitu 9,7 milliar penduduk dunia. Sedangkan berdasarkan data Bappenas di tahun 2030, penduduk Indonesia diperkirakan akan naik menjadi 300 juta jiwa.

"Artinya akan ada kenaikan dua kebutuhan besar yaitu energi dan pangan. Akan mengalami kenaikan signifikan. Kita harus juga melakukan subtitusi pangan," ujarnya.

Anggota Baleg DPR ini melanjutkan, subtitusi pangan itu dilakukan untuk mengatasi ketergantungan bahan kebutuhan pangan impor. Misalnya, mie dalam negeri saja masih bergantung kepada bahan baku gandum impor dari ukraina yang diperkirakan 1,3 juta ton per tahun, belum impor dari India. 

Oleh karena itu, kata Firman, semua pihak harus melakukan subtitusi pangan dengan menggunakan tepung singkong atau mokaf sebagai pengganti ketergantungan gandum import tersebut.

"Kalau tidak dilakukan maka kita akan terjebak dalam ketergantungan bahan baku impor itu beresiko tinggi dengan harga semakin tidak bisa terkendali. Di samping pemerintah juga harus mulai melakukan evaluasi terhadap produksi pertanian," tegas dia.

Sponsored

Firman mengatakan, penggunaan pupuk kimia berlebihan juga bisa berpengaruh terhadap produksi hasil pertanian nasional. Perlunya gerakan menggunakan pupuk organik dalam rangka memperbaiki unsur kesuburan lahan dan meningkatkan produksi nasional.

Sekarang ini, menurut Firman, banyak lahan pertanian dalam negeri tidak produktif, karena pupuknya itu berlebihan menggunakan pupuk kimia atau pupuk urea. Oleh karenanya, pupuk subsidi itu jangan dikonsentrasikan hanya pupuk urea tapi juga pupuk organik yang bersumber dari produk masyarakat yang bisa disertifikasi oleh pemerintah.

"Ini bentuk kehadiran negara karena pupuk organik ini akan bisa mengobati lahan-lahan petani yang sudah sakit akibat menggunakan pupuk kimia yang berlebihan dan itu dapat diperbaiki dengan menggunakan pupuk organik. Sehingga dengan pupuk organik bisa memulihkan kesuburan lahan dan dapat meningkatkan produksi pangan nasional kita," pungkas Firman Subagyo.

Berita Lainnya
×
tekid