sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Berkuasanya Taliban dinilai belum berdampak bagi keamanan nasional

Untuk membentuk pemerintahan yang stabil, Taliban harus mampu mengintegrasikan seluruh faksi di Afghanistan.

Davis Efraim Timotius
Davis Efraim Timotius Sabtu, 11 Sep 2021 12:53 WIB
Berkuasanya Taliban dinilai belum berdampak bagi keamanan nasional

Mantan Duta Besar RI untuk PBB Makarim Wibisono menyatakan, berkuasanya kembali Taliban di Afghanistan belum berdampak bagi keamanan nasional Indonesia. 

“Afghanistan saat ini masih sibuk dengan urusan domestiknya,” tutur Makarim dalam webinar Moya Institute bertajuk “Dampak Berkuasanya Kembali Taliban Bagi Keamanan Indonesia", Jumat (10/9).

Sebelum pandemi, Makarim mengungkapkan, separuh penduduk Afghanistan berada dibawah garis kemiskinan. Masalah ini diperburuk sejak pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, termasuk Afghanistan. Menurut Makarim masalah tersebut menjadi fokus bagi Taliban.

Selain masalah pandemi Covid-19 dan kemiskinan yang terjadi di Afghanistan, Makarim juga mengatakan persoalan multietnik dan afiliasi politik, merupakan pekerjaan rumah besar bagi kelompok Taliban. Untuk membentuk pemerintahan yang stabil, Taliban harus mampu mengintegrasikan seluruh faksi di Afghanistan.

"Taliban itu didukung oleh sebagian besar etnis Pashtun. Sedangkan etnis-etnis lain memiliki afiliasi politik nya sendiri, seperti Hazara yang mendukung faksi Syiah, Uzbek yang nasionalis, dan Tajik yang mendukung Islam moderat. Nah Taliban harus bisa membentuk pemerintah stabil di tengah faksionalisasi ini," ujar Makarim.

Dalam kesempatan yang sama, Pengamat Politik Internasional Imron Cotan setuju, bahwa Afghanistan saat ini masih sibuk dengan situasi negaranya. Namun menurutnya perjuangan yang lebih berat bagi kelompok Taliban, adalah memperoleh pengakuan internasional. 

Imron mengatakan bahwa hal tersebut bukan tidak mungkin untuk diraih, apabila melihat fakta bahwa Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) William Burns,  menggelar pertemuan rahasia dengan salah satu pemimpin Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar di Kabul, beberapa waktu yang lalu.

"Jadi selama mereka mendirikan pemerintahan yang all inklusif dan menghargai HAM, maka tak sulit bagi mereka untuk memperoleh itu (pengakuan internasional)," tutur Imron.

Sponsored

Imron juga ikut menyoroti segelintir orang di Indonesia yang menilai kemenangan Taliban di Afghanistan, menjadi inspirasi untuk mendirikan negara islam di Indonesia. Menurutnya angan-angan semacam itu adalah kebodohan, karena Indonesia adalah negara moderat.

"Jadi masyarakat Indonesia itu memang kalau menurut istilah tokoh-tokoh NU adalah Umattan Wassatan. Yakni masyarakat tengah yang moderat. Karena itu dalam sejarah, pemberontakan kiri atau kanan di Indonesia tidak pernah berhasil," ucap Imron.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto mengatakan, bahwa kemenangan kelompok Taliban di Afghanistan tentu saja menggemparkan dunia. Hery mengatakan bahwa kemenangan ini dikhawatirkan dapat mendorong atau memotivasi kelompok-kelompok radikal di Indonesia untuk melakukan gerakan yang sama.

Berita Lainnya
×
tekid