sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

BNPB: Terdapat 32 bencana dalam dua pekan terakhir

Banjir dan cuaca ekstrem merupakan bencana yang paling sering terjadi pada periode ini dengan masing-masing 10 kejadian.

Raihan Putra Tjahjafajar
Raihan Putra Tjahjafajar Senin, 03 Okt 2022 20:30 WIB
BNPB: Terdapat 32 bencana dalam dua pekan terakhir

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari atau bisa disapa dengan Aam, memaparkan bencana yang terjadi kurun waktu dua minggu terakhir. 

Terdapat 32 jumlah kejadian terdiri dari banjir, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, dan tanah longsor. Banjir dan cuaca ekstrem merupakan bencana yang paling sering terjadi pada periode ini dengan masing-masing 10 kejadian, selanjutnya kebakaran hutan dan lahan dengan 8 kejadia

"Sembilan korban meninggal, empat korban hilang, 32 korban luka-luka/sakit, dan 7.248 korban mengungsi dan terdampak. 21 rumah rusak berat, 34 rumah rusak sedang, 986 rumah rusak ringan, dan tidak ada yang terendam (hanya saja 432 terendam akibat banjir). 18 kerusakan fasilitas pendidikan, 68 kerusakan fasilitas peribadatan, tidak ada kerusakan kesehatan, 25 kerusakan perkantoran dan satu kerusakan jembatan," jelas dia dalam keterangan persnya secara online, Senin (3/10).

Aam mengatakan, musim hujan dan musim kemarau yang masih terjadi, berpotensi menyebabkan kebakaran hutan (karhutla) dan hujan dalam beberapa kari ke depan. 

“Normalnya iklim musim hujan kita itu dimulai dari Desember. Desember-Febuari itu kita musim hujan. Maret-Mei itu kita peralihan dari hujan ke kemarau. Mei-Juli itu musim kemarau. Ini periode di mana biasanya karhutla itu sangat sering. September-November itu kita peralihan dari kemarau ke hujan. Masih peralihan, pancaroba. Jadi kalau kita difase sekarang akhir September, awal Oktober. Kita masih di tengah musim peralihan sebenarnya. Jadi, frekuensi kejadian hujan masih tinggi, artinya kita masih waspada banjir. Tetapi, beberapa tempat, karena kondisi-kondisu tertentu, potensi kekeringan dan kebakaran hutan masih cukup tinggi,” kata Aam. 

Aam juga menambahkan bahwa dengan peralatan yang tersedia di BNPB, masih membutuhkan kolaborasi dengan alam untuk membantu agar tidak terjadi karhutla di musim basah. 

“Meskipun BNPB sudah mensiagakan heli, untuk kebarakan hutan, tetapi tetap mengharapkan dukungan alam. Karena kita berada di musim basah, itu tidak mengakibatkan kebakaran hutan yang cukup signifikan,” tuturnya. 

 

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid