close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
 Sejumlah pemulung mengenakan masker saat bekerja pada masa PSBB di Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (22/4)/Foto Antara/FB Anggoro.
icon caption
Sejumlah pemulung mengenakan masker saat bekerja pada masa PSBB di Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (22/4)/Foto Antara/FB Anggoro.
Nasional
Rabu, 22 April 2020 21:46

Nasib pekerja informal setelah badai Covid-19

Pekerja informal sangat bergantung pada program padat karya
swipe

Direktur Eksekutif Rujak Center for Urban Studies Elisa Sutanudjaja mengatakan, setelah pandemi coronavirus 2019 atau Covid-19 berakhir, nasib para pekerja informal sangat bergantung pada program-program industri padat karya yang digulirkan pemerintah lewat kementerian-kementerian terkait.

“Istilahnya (para pekerja informal di Jabodetabek) akan ditarik ke desa. Ini menarik jika program bisa berjalan dengan benar. Itu sebenarnya bisa membantu. Asalkan tidak seperti Kartu Prakerja,” ucapnya, saat dihubungi, Rabu (22/4).

Menurut Elisa, proses pemulihan perekonomian di kota-kota besar di Indonesia membutuhkan waktu beberapa tahun.

Lama proses pemulihan tersebut bakal memukul kehidupan para pekerja informal yang tinggal di kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya. 

Para pekerja informal dan buruh korban PHK kemungkinan besar akan tersedot masuk dalam program padat karya tersebut.

“Jika program-programnya bisa berjalan benar. Ada kemungkinan sukses (memulihkan perekonomian para pekerja informal). Kalau tata caranya sudah model Kartu Prakerja sudah pasti gagal lah. Ada kronisme. Proses seleksinya tidak jelas,” ujar Elisa.

Indikator kesuksesan program industri padat karya untuk pemulihan perekonomian para pekerja informal juga terletak pada proses, transparansi, dan perhitungan jitu pembangunan infrastruktur.

“Dan itu memang sering kok (dilakukan beberapa negara). Begitu krisis (ekonomi). Pemerintah bikin program seperti itu (padat karya di daerah-daerah). Di Amerika Serikat kan saat Depresi Besar 1930-an, memulihkannya dengan cara seperti itu,” tutur Elisa.

Elisa menjelaskan, program padat karya pemerintah yang akan dilaksanakan di berbagai daerah di seluruh Indonesia tersebut cocok dengan laku para pekerja informal, karena mobilitas sosialnya terbilang tinggi. 

Para pekerja informal pun dituntut peka dengan peluang kehidupan di kota lain. Namun, industri padat karya tersebut harus bisa melihat peluang, mudah dikerjakan, dan pelatihannya tidak memerlukan kemampuan khusus yang perlu diasah bertahun-tahun.

“Kalau Kartu Prakerja diharapkan belajar skill lain. Yang harus bisa dikuasai, tetapi program padat karya yang dari pemerintah itu tidak jauh berbeda dengan pekerjaan pekerja informal paling terdampak itu,” ucapnya.

Diketahui, pandemi Covid-19 berdampak pada pekerja sektor informal. Berdasarkan catatan Kementerian Ketenagakerjaan, pekerja di sektor informal terdampak pandemi Covid-19 mencapai lebih dari 282.000 orang.

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan