sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Politikus PKS: Penembakan 6 laskar FPI tindakan tak berperikemanusiaan

Ini adalah tindakan teror terhadap pemuka agama. Ironisnya, kali ini justru dimotori oleh oknum aparat

Achmad Al Fiqri
Achmad Al Fiqri Selasa, 08 Des 2020 11:13 WIB
Politikus PKS: Penembakan 6 laskar FPI tindakan tak berperikemanusiaan

Anggota DPR RI Komisi VIII DPR, Bukhori Yusuf mengaku, geram dan mengecam keras pelaku penembakan enam laskar Front Pembela Islam (FPI) oleh anggota Polisi saat mengawal Habib Rizieq Shihab (HRS) ke pengajian subuh internal keluarga, Senin (7/12) dini hari. 

Baginya, penembakan terhadap enam laskar FPI yang notabene warga sipil merupakan tindakan biadab dan tidak berperikemanusiaan.

"Saya mengutuk tindakan pembunuhan tersebut. Sejujurnya, saya sangat menyesalkan tindakan oknum yang sangat gegabah dalam melakukan penindakan tersebut sehingga mengakibatkan hilangnya enam nyawa manusia sekaligus," ujar Bukhori, dalam keterangannya, Selasa (8/12).

Dia menegaskan, penggunaan senjata oleh kepolisian harus menjadi opsi terakhir. Penggunaan itu juga diperuntukan untuk melumpuhkan bukan mematikan warga sipil. Hal itu, seperti diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian.

Pada pasal 2, imbuhnya, ditegaskan tujuan dari penggunaan kekuatan adalah untuk pencegahan tindakan pelaku kejahatan dan perlindungan diri atau masyarakat dari perbuatan yang mengancam. Sementara dalam pasal 3, menyebutkan prinsip penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian harus mengedepankan prinsip legalitas, nesesitas, proporsionalitas, kewajiban umum, preventif, dan masuk akal. 

"Dalam perspektif Islam, nyawa manusia ditempatkan dalam kedudukan yang sangat berharga. Pasalnya, bila terdapat seseorang yang dengan sengaja menghilangkan satu nyawa manusia, maka sama halnya telah menghilangkan seluruh nyawa manusia," tutur dia.

Bukhori turut menyoroti sejumlah kejanggalan dalam insiden tersebut. Misalnya, lokasi TKP tewasnya keenam anggota FPI yang tidak teridentifikasi dengan jelas, bukti proyektil peluru yang bersarang di mobil petugas jika benar terjadi baku tembak, hingga fungsi intelijen yang seolah kecolongan karena tidak mampu melakukan antisipasi dini jika benar anggota laskar terbukti memiliki senjata. 

Karena itu, dia memandang, terdapat missing link dalam narasi yang disampaikan oleh Polri. "Sehingga ruang yang tidak utuh tersebut justru menimbulkan skeptisisme bagi publik," terang dia.

Sponsored

Lebih lanjut, dia menganggap, ada dugaan pelanggaran HAM serius yang telah dilakukan akibat arogansi oknum aparat. Hal itu, bila mengacu pada keterangan resmi DPP FPI yang mengaku anggotanya tidak membawa senjata api maupun senjata tajam atau dalam posisi mengancam aparat sebagaimana dituduhkan oleh pihak Polri.

"Terlebih, kejanggalan semakin menguat mengingat posisi para korban saat itu adalah dalam rangka melakukan pengawalan HRS yang akan melakukan dakwah keluar kota, bukan mobilisasi massa ke dalam kota dalam rangka menghalangi penyidikan Polri terhadap HRS sebagaimana dirisaukan oleh aparat," terang Bukhori.

"Ini adalah tindakan teror terhadap pemuka agama untuk kesekian kalinya. Ironisnya, tindakan kali ini justru dimotori oleh oknum aparat hingga mengakibatkan terenggutnya nyawa orang lain yang tidak bersalah," lanjutnya.

Semestinya, kata Bukhori, pemerintah garda terdepan dalam melindungi setiap warga negaranya, sekalipun mereka berseberangan pikiran dengan pemerintah. "Sejak awal saya telah memperingatkan pemerintah supaya mengutamakan komunikasi yang persuasif, bukan intimidatif. Pendekatan yang merangkul, bukan memukul dalam menghadapi pihak yang kritis," terang dia.

Untuk diketahui, laskar FPI ditembak oleh enam anggota polisi pukul 00.30 WIB di KM 50 Tol Japek. Versi polisi, saat itu mobil anggota Polda Metro Jaya tengah mengikuti kendaraan pengikut HRS, tiba-tiba mobil anggota Polda Metro Jaya dipepet dan disetop dua kendaraan pengikut HRS. 

Kemudian, terjadi penodongan senjata api dan sajam berupa samurai dan celurit ke arah anggota oleh pengikut HRS. Petugas yang merasa keselamatan jiwanya terancam langsung mengambil tindakan tegas terukur.

FPI memaparkan versi berbeda. Menurut pernyataan tertulis yang ditandatangani Ketua Umum FPI, Ahmad Shabri Lubis dan Sekretaris Umum FPI Munarman, Senin (7/12), justru rombongan HRS yang dihadang polisi oleh orang tak dikenal. 

"Bahwa benar ada peristiwa pengadangan, penembakan terhadap rombongan IB HRS (Imam Besar Habib Rizieq Shihab) dan keluarga serta penculikan terhadap enam orang laskar pengawal IB," tulis keterangan tersebut, yang diterima Alinea.id.

Peristiwa penembakan itu bermula ketika Habib Rizieq beserta keluarga akan bertolak ke pengajian subuh di internal keluarga inti. Namun, tak disebutkan lokasi pengajian tersebut.

"Dalam perjalanan menuju lokasi pengajian subuh keluarga tersebut, rombongan diadang oleh preman OTK (orang tak dikenal), yang kami duga kuat bagian dari operasi penguntitan dan untuk mencelakakan IB," tulis pernyataan itu.

Para OTK langsung menghadang dan mengeluarkan tembakan kepada laskar pengawal keluar.

Berita Lainnya
×
tekid