sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tito Karnavian, dari Kapolri menjadi Mendagri

Prestasi Tito Karnavian di Polri dikenal dalam penindakan terorisme. Ia juga gencar memberangus radikalisme.

Ayu mumpuni
Ayu mumpuni Rabu, 23 Okt 2019 12:03 WIB
Tito Karnavian, dari Kapolri menjadi Mendagri

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan nama-nama menteri di Kabinet Indonesia Maju. Salah satu menteri yang ditunjuk Jokowi adalah Tito Karnavian sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri). 

Sebelum ditunjuk menjadi Mendagri, Tito adalah Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang memiliki latar belakang kemampuan di bidang terorisme. Ini tercermin dari sejumlah prestasinya yang berhasil mengungkap peristiwa teror.

Semasa Polri di bawah kepemimpinannya, Tito gencar memberantas paham radikal dan pengungkapan terorisme. 

Misalnya, saat menjabat sebagai Kasat Serse Polda Metro Jaya pada tahun 2000-2002. 

Ia berhasil mengungkap kasus bom yang terjadi di Jakarta. Rinciannya: Pada tahun 2000, bom yang terjadi di Kedutaan Besar Filipina di Menteng. 

Selanjutnya, serangan terorisme pada tahun 2001 di Bursa Efek Jakarta. Kemudian bom yang terjadi di Plaza Atrium, Senen pada tahun 2001. 

Tito pernah menjabat posisi Kasat Serse Keamanan Negara (Kamneg) di Polda Metro Jaya. Ia juga berhasil menuntaskan kasus bom digedung DPR MPR tahun 2003. 

Selanjutnya bom yang terjadi di Bandara Soekarno Hatta tahun 2003, peristiwa bom JW Marriot tahun 2003. Kemudian bom di Cimanggis Depok (2004), bom di Kedubes Australia (2004), bom Bali II (2005) dan bom yang meledak di pasar Tentena, Poso (2005) berhasil diungkapnya. 

Sponsored

Tito juga berhasil melumpuhkan teroris Azhari Husin alias Dr Azhari di Batu, Malang, Jawa Timur pada 9 November 2005. Saat itu, Tito diberi Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi Komisaris Besar (Kombes). 

Ia kemudian menjabat sebagai Kepala Sub Detasemen (Kasubden) Intelijen Densus 88 Antiteror Mabes Polri pada 2006 hingga 2009. Tito juga berhasil mengungkap sejumlah kasus, hingga mendapat penghargaan dari kancah internasional.

Atas pencapaian tersebut, Tito mendapatkan penghargaan kelas internasional. Misalnya: Terorism Course British High Commissioner di Singapura pada tahun 2005, Maritime Security Conference and Course di Kuala Lumpur, Malaysia (2006). 

Kemudian, National Tactical Officers Association (NTOA) Conference and Course di Los Angles (2006). Selanjutnya, Short Course on Radicalisation by Australian Forgein Affairs and Trade, Sydney Australia (2010). 

Tito disebut pernah mendapat tawaran untuk melanjutkan karier di bidang terorisme di luar negeri.

Selain kasus terorisme, Tito berhasil menguak kasus pembunuhan Hakim Syafiuddin Kartasasmita. Mengingatkan kembali, Hakim Syafiuddin Kartasasmita tewas dibunuh usai menjatuhkan hukuman 18 bulan penjara dan denda Rp30,6 miliar kepada Tommy Soeharto dalam kasasi kasus tukar guling tanah milik Bulog dengan PT Goro Batara Sakti. 

Atas prestasi tersebut, kemudian Tito diberi kenaikan pangkat menjadi Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP). Selain itu, Tito juga berhasil membongkar kasus pembunuhan Direktur PT Asaba oleh kelompok Gunawan Santosa. 

Prestasi Pendidikan

Dalam perjalanan karir di Polri, Tito rupanya sempat sekolah kedokteran. Tercatat, Tito pernah mengenyam di empat perguruan tinggi berbeda. 

Pertama, di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwjaya. Kedua, Hubungan Internasional di Universitas Gajah Mada. 

Ketiga, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta. Terakhir, akhirnya mengemban ilmu di Akabri bagian Akademi Kepolisian tahun 1987. Tito lulus dari Akpol pada tahun 1987 dan menjadi lulusan terbaik saat itu.  

Pada 1993 Tito mengemban pendidikan di Universitas Exter di Inggris, dan mendapat gelar MA bidang Kepolisian. Lalu tahun 1996 ia memperoleh gelar Strata 1 di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dengan predikat Bintang Wiyata Cendikia alias lulusan terbaik PTIK. 

Tidak berhenti sampai di situ, Tito melanjutkan pendidikan di Lemhanas pada 2011 dan mendapat predikat lulusan terbaik. 

Pria asal Palembang ini juga dinobatkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kepolisian Studi Strategis Kajian Kontra Terorisme di STIK - PTIK pada 2017. 

Berita Lainnya
×
tekid