Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan pemetaan terhadap kelompok Anarko Sindikalis, yang menyusup dalam aksi May Day di sejumlah daerah dan melakukan tindakan anarkisme dan vandalisme. Menurut polisi, kelompok ini kerap melakukan tindakan provokatif dalam setiap aksinya.
Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian menilai penting pemetaan terhadap kelompok ini, karena keberadaannya cukup meluas di berbagai daerah.
“Polri menghadapi situasi itu, kita pasti tindak tegas, tapi saya sudah perintahkan melakukan pemetaan kelompoknya dan melakukan pembinaan kepada mereka,” ujar Tito di Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Kamis (2/5).
Tito menjelaskan, kelompok tersebut selalu menggunakan simbol A dalam lingkaran, yang terdapat dalam bendera yang mereka bawa setiap melakukan aksi. Kelompok tersebut menurutnya baru berkembang sejak beberapa tahun belakangan ini.
“Di Indonesia baru berkembang beberapa tahun ini. Kita lihat mereka tahun lalu ada di Yogyakarta, ada di Bandung, sekarang ada di Surabaya, ada di Jakarta,” kata Tito.
Namun, kelompok itu telah lama berkembang di negara lain. Kelompok ini memberi doktrin untuk tidak mematuhi aturan terutama bagi para pekerja.
“Jadi pekerja lepas dari aturan, mereka menentukan sendiri, makanya disebut dengan anarko sindikalis. Ini udah lama berkembang di Rusia, kemudian di Eropa, Amerika Selatan, termasuk di Asia,” ucap Tito.
Anarko Sindikalis sebenarnya adalah orang-orang yang menganut ideologi Anarko Sindikalisme, cabang anarkisme yang fokus pada pergerakan buruh. Dalam tulisan berjudul "Syndicalism: the Modern Menace to Capitalism" karya Emma Goldman, sindikalisme menolak metode serikat buruh yang dinilai ketinggalan zaman.
Mereka juga menolak sistem kontrak karena menilai tidak menempatkan pekerja dan pemilik modal dalam posisi setara. Ada tiga metode yang dilakukan sindikalis dalam pertarungannya terhadap kapitalisme, yaitu aksi langsung, sabotase, dan mogok umum.