sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ramai kaus Ganti Presiden di CFD, #Pokoknya2019GantiPresiden trending topic di Twitter

Riset Alinea, terpantau 16.625 tweet yang mempergunjingkan tagar Ganti Presiden sepanjang hari ini hingga pukul 14.15.

Satriani Ariwulan
Satriani Ariwulan Minggu, 29 Apr 2018 14:43 WIB
Ramai kaus Ganti Presiden di CFD, #Pokoknya2019GantiPresiden trending topic di Twitter

Tahun politik membuat dukungan kepada calon presiden yang sudah digadang-gadang partai politik semakin bermunculan. Pun sekarang, dengan melihat fenomena ramainya kampanye #2019GantiPresiden.

Bisa dibilang inilah gerakan resmi dari kubu oposisi karena langsung disuarakan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera di media sosial, kemudian diikuti gelombang produksi merchandise yang masif dan efektif.  Gerindra selaku rekan oposisi juga langsung menyambut. 

Minggu (29/4), terlihat tagar #Pokoknya2019GantiPresiden nangkring di posisi pertama trending topic akun media sosial Twitter. Banyak netizen membicarakan mengenai aksi beberapa pengunjung Car Free Day (CFD) yang mengenakan kaus bertuliskan #2019GantiPresiden. Setidaknya, aksi ini terjadi di empat kota besar, yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Solo.

Riset Alinea, terpantau 16.625 tweet yang mempergunjingkan tagar Ganti Presiden sepanjang hari ini hingga pukul 14.15. Jumlah itu melonjak dibandingkan tiga hari sebelumnya, dimana pada Kamis (26/4), Jumat (27/4) dan Sabtu (28/4) masing-masing tercatat 8.877, 9.006 dan 9.765 tweet. 

Adapun jumlah akun aktif mencapai 4.656 akun. Sejumlah akun tercatat paling aktif mencuitkan tagar Ganti Presiden. Di antaranya, @AdianKueputu yang ngetweet hingga 260 tweet. Lalu, akun @arwidodo yang mencapai 169 tweet, serta akun @Maskumasku1 yang tercatat ngetweet 164 tweet. 

Dilihat dari sebarannya, mayoritas tweet berasal dari DKI Jakarta mencapai 77% atau terhitung sekitar 177 akun yang mencuitkan tagar tersebut. Disusul dengan Jawa Barat sebanyak 12 akun, dan Jawa Tengah sebanyak 9 akun. Sisanya, daerah lainnya. 

 

 


Presiden Joko Widodo sendiri sebelumnya telah merespons ramainya tagar dan peredaran kaus tersebut. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menilai hanya rakyat yang bisa mengganti presiden, sementara kaus hanya simbol gagasan yang belum tentu terwujud. 

Sponsored

Banyak pihak mengomentari respons Jokowi tersebut. Direktur riset demokrasi dan isu politik Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah Putra menilai reaksi Jokowi terlalu khawatir karena harus berkomentar di forum sekelas Konvensi Nasional Galang Kemajuan di Bogor, beberapa waktu lalu.

Tren tagar itu sendiri dinilai bukan perkara baru, sebab sebelumnya orang sudah mulai perang opini lewat simbol-simbol semacam ini. Baginya, itu tak lebih dari sekadar tren komunikasi politik global, yang berpusat pada pertarungan ide dan komunikasi. 

"Bahkan saat gerakan hijau di Lebanon, Mesir, Iran, sudah masif fenomena seperti ini, biasa saja. Memang sudah eranya komunikasi," jelasnya.

Namun, tak sedikit pula yang menyebut tren ini tak bisa dipandang sebelah mata. Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai pernah bilang simbol semacam kaus 2019 Ganti Presiden itu juga pernah dipakai oleh sejumlah negara dalam menjatuhkan lawannya. 

Seperti yang terjadi di Thailand, kaus merah sampai bisa menumbangkan Dinasti keluarga Shinawatra. Bahkan, Jokowi saja dengan menggunakan simbol kemeja kotak-kotak hingga menjadi identitas dirinya.

"Jadi jangan anggap remeh kaus yang berbicara karena bisa menjadi semangat bagaimana mereka mengakumulasikan diri, menyatukan kehendak melalui simbol yang menyatakan bahwa kita sedang ingin mengganti presiden," ujar dia. 

Kampanye #2019GantiPresiden memang sangat efektif untuk menghimpun suara pemilih oposisi. Namun, belum tentu sanggup untuk memenangi Pilpres. Apalagi sejumlah hasil survei hingga kini masih menempatkan Jokowi dalam posisi pertama sebagai capres pilihan. Namun, masih banyak yang bisa terjadi menjelang Pilpres tahun depan.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid