Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menilai pembelajaran tatap muka (PTM) pada Juli 2021 sulit dipaksakan serentak. Pangkalnya, varian baru Covid-19 dengan penularan lebih cepat telah banyak ditemukan di Indonesia.
Akibatnya, menurut dia, ancaman learning loss (hilangnya minat belajar murid), peningkatan angka putus sekolah, hingga kenaikan perkawinan usia anak di beberapa daerah terdampak PJJ yang selama ini belum efektif.
Dia menilai, terdapat dua indikator mutlak sekolah bisa memulai PTM pada tahun ajaran baru Juli 2021 nanti. Yaitu, tuntasnya vaksinasi guru dan tenaga kependidikan (tendik), serta semua sekolah telah memenuhi daftar periksa kesiapan PTM yang tidak dapat ditawar-tawar.
Jika persyaratan belum terpenuhi, maka perpanjangan PJJ adalah opsi terbaik. "Kami dari awal mendapatkan laporan dari jaringan P2G daerah, vaksinasi guru tendik memang lambat di daerah-daerah," ujar Satriwan Salim dalam keterangan tertulis, Jumat (4/6).
P2G, kata dia, merekomendasikan Kemendikbud Ristek, Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), serta pemerintah daerah (pemda) memberikan pelatihan blended learning (pembelajaran campuran) agar kompetensi guru dibidang pedagogik digital terbangun.
"P2G memandang kebijakan sekolah dimulai tatap muka Juli 2021 nanti, tidak dapat dilakukan secara serentak seluruhnya di 514 kota/kabupaten dan 34 provinsi, dengan jumlah 435 ribu sekolah. Ada daerah yang sudah dapat melakukan PTM, tapi ada juga yang masih PJJ," ucapnya.
Sebelumnya, P2G menemukan banyak pelanggaran protokol kesehatan (prokes) dalam pelaksanaan PTM secara terbatas. Tentu, ini sangar rawan terjadi penularan Covid-19.
"Adapun memakai masker, tetapi tidak sesuai prokes karena hanya dipakai di dagu. Kemudian, masih terjadi pelanggaran terhadap 3M lainnya yaitu tidak menjaga jarak. Menurut gurunya karena faktor anak-anak kangen-kangenan, akhirnya lupa," kata Kabid Advokasi P2G Iman Zanatul Haeri dalam keterangan tertulis, Rabu (7/4).