Warga Dukuh Mondoliko Demak minta direlokasi
Banjir rob yang kerap terjadi mengisolasi akses warga Mondoliko karena jalan satu-satunya "ditelan" air laut.

Warga Dukuh Mondoliko, Bedono Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng), berharap direlokasi lantaran lingkungannya sudah tidak layak untuk ditinggali imbas rob yang kerap terjadi.
"Kalau bisa pindah semua orangnya karena sudah parah," ucap seorang warga Mondoliko, Romanah (50), dalam keterangan tertulis, Minggu (24/1).
Dirinya menerangkan, rob yang kerap terjadi menganggu aktivitas warga. Dicontohkannya dengan anak-anak saat hendak pergi ke sekolah. Mereka harus menuntun sepeda hingga jalan besar sebelum dikayuh.
Pun demikian dengan warga yang hendak bekerja. "Ya, sama," jelasnya. Bahkan, motor terpaksa dititipkan ke rumah warga setempat karena sudah tidak masuk ke wilayah Mondoliko.
Romanah melanjutkan, seringnya rob yang terjadi tidak sebanding dengan bantuan yang diterima dari pemerintah.
"(Baru terima) satu kali," akunya. Bantuan tersebut diterima pada 20 Desember 2020.
Desakan untuk direlokasi juga disampaikan warga Mondoliko lainnya, Nursalim. Alasannya serupa.
"Kami sangat mengeluh sekali tentang keadaan di Mondoliko yang selalu tergenang rob," ujarnya. "Kami minta permohonan sama pemerintah untuk seluruh warga direlokasi."
Katanya, tinggi rob paling rendah mencapai 1,5 meter. "Paling tinggi 7,5 meter," jelasnya.
Dia berharap warga dipindahkan dekat kawasan industri. "Karena mata pencarian warga kami di pabrik semua," tutup Nursalim.
Dukuh Mondoliko berjarak sekitar 8 km dari perbatasan Kota Semarang-Demak. Posisinya berhadapan langsung dengan laut Jawa.Masyarakat setempat selalu terisolasi saat terjadi pasang besar. Pangkalnya, jalan satu-satunya menuju Mondoliko dengan lebar 1,5 m "ditelan" air laut ketika rob.
Lantaran selalu dilanda rob, yang terparah dalam tiga tahun terakhir, memaksa sejumlah warga migrasi. Tinggal sekitar 127 dari 260 kepala keluarga (KK) yang masih bertahan di Mondoliko.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Ketika relawan capres saling beralih dukungan
Selasa, 26 Sep 2023 06:36 WIB
Modal kearifan lokal BPR di tengah arus digitalisasi
Senin, 25 Sep 2023 20:17 WIB