close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Paul Biya. Foto: Wikipedia
icon caption
Paul Biya. Foto: Wikipedia
Peristiwa
Senin, 14 Juli 2025 13:47

Presiden Kamerun berusia 92 tahun nyatakan siap maju lagi di pilpres

Di bawah Biya, Kamerun telah menghadapi tantangan ekonomi dan ketidakamanan di beberapa bidang.
swipe

Umur bukan alasan bagi Presiden Kamerun Paul Biya untuk menepi dari kekuasaan. Meski sudah berusia 92 tahun ia tetap berambisi menjadi orang nomor satu negara itu dengan mengikuti pemilihan presiden pada 12 Oktober mendatang.

"Saya adalah kandidat dalam pemilihan presiden. Yakinlah bahwa tekad saya untuk melayani Anda sejalan dengan urgensi tantangan yang kita hadapi," demikian bunyi unggahan di akun resmi tersebut.

Biya, yang sedang mencari masa jabatan baru yang dapat membuatnya tetap menjabat hingga usia hampir 100 tahun, berkuasa lebih dari empat dekade lalu pada tahun 1982, ketika pendahulunya, Ahmadou Ahidjo, mengundurkan diri.

Kesehatannya sering menjadi bahan spekulasi, terakhir kali tahun lalu ketika ia menghilang dari pandangan publik selama 42 hari.

Pencalonannya kembali telah dinantikan secara luas tetapi baru dikonfirmasi secara resmi melalui unggahan media sosial pada hari Minggu.

Biya telah mengunggah postingan secara rutin di akun X-nya yang terverifikasi menjelang pengumuman tersebut.

Pada tahun 2018, untuk pertama kalinya, ia juga menggunakan media sosial untuk mengumumkan pencalonannya dalam kontes presiden tahun itu, menandai interaksi langsung yang langka dengan publik di platform digital.

Anggota Gerakan Demokratik Rakyat Kamerun (CPDM) yang berkuasa dan pendukung lainnya sejak tahun lalu secara terbuka mendesak Biya untuk mencalonkan diri kembali.

Namun, partai-partai oposisi dan beberapa kelompok masyarakat sipil berpendapat bahwa pemerintahannya yang panjang telah menghambat perkembangan ekonomi dan demokrasi.

Dua mantan sekutu telah keluar dari koalisi yang berkuasa dan mengumumkan rencana untuk mencalonkan diri secara terpisah dalam pemilu.

Kekhawatiran Kesehatan
Pengumuman hari Minggu ini pasti akan menghidupkan kembali perdebatan mengenai kelayakan Biya untuk menjabat. Ia jarang tampil di depan umum, seringkali mendelegasikan tanggung jawab kepada kepala staf kantor kepresidenan yang berpengaruh.

Oktober lalu, ia kembali ke Kamerun setelah absen selama 42 hari yang memicu spekulasi bahwa ia sedang sakit. Pemerintah mengklaim ia baik-baik saja tetapi melarang segala diskusi mengenai kesehatannya, dengan alasan bahwa itu adalah masalah keamanan nasional.

Biya menghapuskan batasan masa jabatan pada tahun 2008, membuka jalan baginya untuk mencalonkan diri tanpa batas waktu. Ia memenangkan pemilu 2018 dengan 71,28 persen suara, meskipun partai-partai oposisi menuduh adanya kecurangan yang meluas.

Negara Afrika Tengah penghasil kakao dan minyak ini, yang hanya memiliki dua presiden sejak merdeka dari Prancis dan Inggris pada awal 1960-an, kemungkinan akan menghadapi krisis suksesi yang rumit jika Biya sakit parah sehingga tidak dapat mempertahankan jabatannya atau meninggal dunia.

Selain Biya, beberapa tokoh oposisi juga telah menyatakan niat mereka untuk mencalonkan diri, termasuk runner-up 2018 Maurice Kamto dari Gerakan Renaisans Kamerun, Joshua Osih dari Front Sosial Demokrat, pengacara Akere Muna, dan Cabral Libii dari Partai Kamerun untuk Rekonsiliasi Nasional.

Semua tokoh tersebut mengkritik pemerintahan Biya yang panjang dan menyerukan reformasi untuk memastikan pemilu yang adil pada tahun 2025.

Di bawah Biya, Kamerun telah menghadapi tantangan ekonomi dan ketidakamanan di beberapa bidang, termasuk konflik separatis yang berkepanjangan di wilayah-wilayah berbahasa Inggris dan serangan yang terus-menerus dari kelompok pemberontak Islam Boko Haram di utara.(reuters)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan