Anies puji SBY jaga netralitas di pilpres, sindir Jokowi?
Kamhar kemudian meminta Jokowi untuk menghindari pernyataan yang mempromosikan tokoh-tokoh tertentu itu.

Bakal calon presiden (bacapres) Anies Baswedan menyebut Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan sosok presiden yang konsisten menjaga etika demokrasi dan netralitas di pemilihan umum.
Hal itu disampaikan Anies usai menggelar pertemuan dengan jajaran Majelis Tinggi Partai Demokrat di kantor DPP Demokrat, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (2/3).
Awalnya, dia memuji Partai Demokrat sebagai partai politik yang konsisten menjadi contoh di dalam menjaga demokrasi, baik saat berada di dalam pemegang kekuasaan, maupun saat menjadi penyeimbang kekuasaan. Menurut dia, itu tak lepas dari sosok SBY yang merupakan kepala negara pertama di Indonesia yang dipilih secara langsung pada Pilpres 2004.
"Dan selama memegang amanah sebagai pemimpin di negeri ini, Pak SBY bukan hanya menjaga aturan demokrasi, tapi juga menjaga etika demokrasi. Menjaga netralitas baik di dalam penegakan hukum, maupun netralitas di dalam proses pergantian kekuasaan," ujar Anies dalam konferensi pers, Kamis.
Oleh karena itu, lanjut Anies, saat dirinya berinteraksi dengan AHY dan Partai Demokrat, percakapan selalu diwarnai dengan ikhtiar untuk menegakkan demokrasi. Dalam kesempatan itu, Anies pun memuji AHY sebagai sosok yang tepat untuk melanjutkan kepemimpinan SBY di partai berlambang mercy itu.
"Termasuk hari ini, Mas AHY sebagai salah satu putra terbaik bangsa, bintang terang di langit Indonesia, telah menjadi penerus kepemimpinan resmi Partai Demokrat. Yang bisa saya sampaikan di tempat ini bahwa Partai Demokrat is in a good hand. InsyaAllah ke depan akan terus berada di tangan yang tepat," tegasnya.
Diketahui, Deputi Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani sebelumnya mengkritisi sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kerap mengendorse sosok-sosok tertentu menjadi capres-cawapres.
"Kita juga menyayangkan Pak Jokowi yang terlalu sering mengendorse figur-figur tertentu sebagai capres dan cawapres yang bisa mempengaruhi netralitas dan profesionalitas aparat," ujar Kamhar kepada wartawan, Senin (20/2).
Kamhar kemudian meminta Jokowi untuk menghindari pernyataan yang mempromosikan tokoh-tokoh tertentu itu. Ia lantas menjadikan SBY sebagai contoh yang bisa menahan diri tidak mengendorse siapa pun saat Pilpres 2014.
"Ada baiknya belajar pada pengalaman Pilpres 2014, ketika dulu Pak SBY mampu menahan dan menjaga diri dari untuk tidak meng-endorse pasangan tertentu, baik itu Jokowi-JK maupun pasangan Prabowo-Hatta," katanya.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Musabab di balik meningkatnya angka kejahatan
Rabu, 22 Mar 2023 06:10 WIB
Cerita mereka yang direpresi di BRIN: Dari teguran hingga pemotongan tukin
Selasa, 21 Mar 2023 12:10 WIB