Sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendukung pasangan calon (paslon) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 kian terang. Sekalipun tidak diutarakan secara eksplisit, ini terlihat dari beberapa tindak tanduknya sejak awal 2024.
Mulanya, makan malam dengan Prabowo di Rumah Makan (RM) Seribu Rasa, Jakarta, pada Minggu (5/1). Lalu, makan dengan dua pentolan Koalisi Indonesia Maju (KIM), kongsi pengusung Prabowo, lainnya. Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, pada Sabtu (6/1) pagi dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan, pada Minggu (7/1) siang.
Sinyalemen dukungan Jokowi kepada Prabowo-Gibran juga tampak dari kegiatannya di Banten, Senin (8/1). Persis di lokasi pembagian bantuan sosial (bansos) oleh Jokowi di Desa Margagiri, Kabupaten Serang, berdiri alat peraga kampanye (APK) paslon nomor urut 2.
Selain itu, Jokowi turut mengomentari debat kedua calon presiden (capres), Minggu malam. Menurutnya, forum tersebut tidak edukatif.
"Saya melihat substansi dari visinya malah tidak kelihatan. Yang kelihatan justru saling menyerang, yang sebetulnya enggak apa-apa asal kebijakan, asal policy, asal visi," katanya di Serang, Banten, pada Senin (8/1).
"Saling menyerang enggak apa-apa, tapi kebijakan, policy, visinya yang diserang. Bukan untuk saling menjatuhkan dengan motif-motif personal. Saya kira, enggak baik dan enggak mengedukasi," sambungnya.
Sekilas, pesannya tentang serangan secara personal diarahkan kepada capres nomor urut 1, Anies Baswedan. Sebab, selaras dengan isu yang dipakai di media sosial untuk "menyerang" eks Gubernur DKI Jakarta itu, seperti menyinggung 340.000 ha luas lahan yang dimiliki Prabowo.
Pernyataan Jokowi tentang debat capres pun dikomentari Anies dan capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo. Anies heran Jokowi menyinggung kegiatan tersebut. Adapun Ganjar menegaskan, apa yang dilakukan di dalam debat tidak menyerang personal, tetapi program.
Gayung bersambut, kata berjawab. Jokowi kembali angkat bicara. Ia mengklaim, kritiknya atas jalannya debat capres bukan ditujukan kepada kandidat tertentu, melainkan ketiga-tiganya.
"Saya berbicara untuk ketiga calon dan untuk perbaikan ke depan. Juga untuk introspeksi kita semuanya," kilahnya, Selasa (9/1). "Saya tidak berbicara [untuk] satu calon atau dua calon."
Tidak selarasnya arah dukungan Jokowi dengan partainya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 pun kentara dalam perayaan HUT ke-51 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Rabu (10/1). PDIP menjagokan pasangan Ganjar-Mahfud MD. Jokowi memilih melakukan kunjungan kerja (kunker) ke luar negeri bahkan tak mengirimkan karangan bunga, sedangkan PDIP tidak mengundangnya.
Dongkrak suara Prabowo
Terpisah, pengamat politik Universitas Airlangga (Unair), Ali Sahab, menilai, arah dukungan Jokowi kepada Prabowo sejatinya tidak baru-baru ini. Itu sudah terlihat dari jauh-jauh hari.
Menurutnya, tindak tanduk Jokowi dalam beberapa kegiatan tersebut merupakan simbol dukungan kepada Prabowo, yang berpasangan dengan putra sulungnya. Apalagi, politik memerlukan simbol.
"Saya kira, dalam politik memang perlu simbol dan itu sekarang yang dilakukan oleh Jokowi. sebetulnya politik simbol sudah dilakukan Jokowi dari awal. Pastinya semakin mendekati pilihan, akan menambah 'dosisnya'," terangnya kepada Alinea.id.
Ali berpendapat, kian terangnya Jokowi menunjukkan arah politiknya tersebut untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo-Gibran sehingga bisa menang dalam satu putaran. Namun, ini dinilai tetap akan sulit terwujud karena kenaikan suaranya tidak signifikan bahkan cenderung stagnan.
"Harapannya seperti itu, tetapi sesuai data survei bahwa pemilih Prabowo-Gibran yang masih bisa berubah cukup tinggi. Ini yang perlu diwaspadai," jelasnya.
Ia berpandangan, dukungan Jokowi takkan bisa membuat Prabowo-Gibran menang dengan mudah atau seperti pengalaman Pilpres 2019 silam, yang unggul karena mayoritas mendukungnya. Sebab, konstelasi saat ini sudah berubah.
"Posisi sekarang agak beda. Pak Jokowi minus PDIP dan kritik terhadap kebijakan Pak Jokowi membuat elektabilitas Prabowo-Gibran belum signifikan. Untuk mencapai di atas 50%, saya kira, sulit," ujar Ali.