sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kala Gibran "tersandung" asam sulfat

Apakah polemik salah sebut Gibran bakal berpengaruh terhadap tingkat elektabilitas? 

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Rabu, 06 Des 2023 13:06 WIB
Kala Gibran

Calon wakil presiden (cawapres) Gibran Rakabuming Raka jadi bulan-bulanan warganet selama beberapa hari terakhir. Tak hanya di Twitter (kini X), akun Instagram Gibran, @gibran_rakabuming dan akun Tiktok putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu juga dipenuhi komentar negatif. 

"Yuk yg hamil asam sulfatnya harus terpenuhi... Saya yg kuliah manajemen aja minimal tau asam sulfat itu apa. Masa sekelas cawapres aja gatau??" tulis pemilik akun @ayufitria*** di kolom komentar salah satu unggahan foto di @gibran_rakabuming, dua hari lalu. 

Ratusan komentar negatif bertema asam sulfat juga menyerang akun @gibran_rakabuming di unggahan-unggahan lainnya. Mayoritas warganet mempertanyakan pemahaman Gibran soal kegunaan asam sulfat. Ada pula komentar bernada satire soal enaknya hidup jadi putra Jokowi. 

"Bilang bapak minta langsung dilantik aja, drpd buang2 waktu dan biaya kan sdh diatur jg to??" tulis pemilik akun error_band** dalam unggahan yang sama. 

Gibran jadi sorotan setelah keliru menyebut istilah asam folat menjadi asam sulfat untuk ibu hamil ketika menghadiri acara diskusi bertema ekonomi kreatif di kawasan Jakarta Selatan, Minggu (3/12) lalu. Salah satu fungsi asam folat ialah membentuk sel darah merah. 

Ketika itu, Gibran menyebut asam sulfat menjadi nutrisi penting yang dibutuhkan ibu hamil. Padahal, asam sulfat ialah senyawa berbahaya yang biasa digunakan untuk pemrosesan bijih mineral, air limbah, dan pengilangan minyak. 

Kepada wartawan, Gibran berdalih salah mengingat istilah. Ia pun meminta maaf jika kekeliruan itu bikin heboh. "Asam folat, sorry. Sorry ya. Maaf, mohon dikoreksi," ujar Gibran. 

Di akun Twitternya (kini X), pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi menyebut asam sulfat mendadak viral di Google Trends tak lama setelah polemik salah sebut itu. Pencarian warganet terhadap asam sulfat bahkan melampaui pencarian terhadap 'gemoy'. 

Sponsored

"Istilah "asam sulfat" ditandai dengan warna biru dan tampaknya memiliki tren meningkat tajam menuju akhir periode, sementara "gemoy" ditandai dengan warna merah dan cenderung stabil atau menunjukkan penurunan sedikit," tulis pemilik akun @ismailfahmi, itu. 

Di X, pakar telematika Roy Suryo turut berkomentar soal polemik asam sulfat yang bikin Gibran ditertawakan warganet. Berbasis video salah sebut Gibran yang beredar di media sosial, Menpora era SBY itu menilai Gibran tak tahu beda antara asam sulfat dan asam folat. 

"Masalahnya Pelajaran Kimia soal ASAM SULFAT & FOLAT ini pelajaran level SMA lho, Makin TERCYDUK, Awokwokowi AMBYAR," ciak Roy di akun  @KRMTRoySuryo1.

Pelajaran bagi Gibran

Peneliti Charta Politika Indonesia, Ardha Ranadireksa menilai Gibran terlihat tidak menguasai topik yang dibicarakan saat "merekomendasikan" asam sulfat bagi ibu hamil. Ia menyarankan agar Gibran menjauhi istilah-istilah teknis jika tidak punya kepakaran atau pemahaman mendalam saat sedang berada di forum publik. 

"Jangan kemudian untuk tujuan boosting kapabilitas, justru menjadi bumerang ketika menggunakan istilah yang tidak tepat bahkan salah kaprah seperti kasus Gibran ini," ucap Ardha kepada Alinea.id, Selasa (5/12).

Polemik asam sulfat, kata Ardha, bisa jadi pelajaran berharga bagi Gibran. Ia berharap pendamping Prabowo Subianto itu lebih tekun isu-isu sosial kemasyarakatan yang jadi perhatian publik jelang debat Pilpres 2024. 

"Jika dia tetap memaksakan untuk menggunakan istilah-istilah yang, menurut saya, hanya sebagai kosmetik saja, bukan tidak mungkin kesalahan atau blunder akan kembali terjadi," ucap Ardha.

Meski begitu, Ardha menilai polemik salah sebut Gibran tidak akan berpengaruh banyak terhadap tingkat elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran. "Sebagian masyarakat belum menjadikan tingkat intelektualitas sebagai penilaian utama mereka terhadap calon," imbuhnya. 

Senada, peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad mengatakan publik kemungkinan besar akan "memaafkan" kekeliruan Gibran dalam polemik asam sulfat itu. Ia sepakat level intelektual kurang dianggap penting oleh publik.

"Saya belum punya data penelitian soal itu. Tetapi, dugaan saya, salah ucap begitu tidak akan punya pengaruh besar terhadap tingkat elektabilitas," ucap Saidiman.

 

Berita Lainnya
×
tekid