Elektabilitas calon presiden (capres) Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto, disebut unggul di Jawa Barat (Jabar) dengan 46,1%. Urutan berikutnya, berdasarkan hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, ditempati capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan, 29,3%, dan capres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo, 18,4%.
Saat Prabowo berpasangan dengan Menteri BUMN, Erick Thohir, dukungan kepadanya di "Bumi Pasundan" turun ke 43,4%. Anies pun susut menjadi 25,5% ketika berpasangan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah, mengungkapkan, tren berbeda bagi Ganjar ketika berpasangan dengan Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ridwan Kamil, lantaran naik ke 24,8%. Pun demikian kala berduet dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, tingkat keterpilihannya mencapai 20%.
Lebih jauh, ia berpendapat, Prabowo teratas karena unggul sejak Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019 dan mesin Partai Gerindra sudah relatif bergerak. "Ditambah lagi ada pergerakan Dedi Mulyadi yang cukup masif dan all out mengampanyekan Prabowo dengan serangkaian event budayanya di sejumlah titik di Jawa Barat."
Sementara itu, kenaikan elektabilitas Anies dan Ganjar disebabkan mulai masifnya aneka atribut di ruang publik. Kemudian, pengetahuan publik makin luas terhadap nama-nama para capres, termasuk via media sosial.
Toto menambahkan, dukungan publik Jabar kepada Gerindra juga meningkat menjadi 18,2%. Bahkan, berhasil menyalip Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang turun ke peringkat ketiga dengan 15,7%.
Peringkat kedua ditempati Golkar dengan 16,8%, disusul Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 10,2%, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 6,1%, Partai Amanat Nasional (PAN) 5,5%, Demokrat 4,8%. Adapun dua partai lainnya, NasDem dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), raihannya di bawah ambang batas parlemen (parliamentary threshold) karena masing-masing mendapatkan 3,9% dan 2,3%.
Toto menyampaikan, kenaikan elektabilitas Gerindra dipengaruhi bergeraknya mesin partai dan personal Prabowo. Adapun Golkar sukses menyalip PDIP diduga karena bergabungnya Ridwan Kamil.
"Tentu itu salah satu faktor saja karena survei ini lebih bersifat kuantitatif, bukan kualitatif. Mungkin perlu FGD untuk mengetahui pastinya. Yang jelas, faktor penyebabnya tidak tunggal. Apalagi, dalam 3-4 empat bulan ke depan, peta politik masih sangat dinamis," tuturnya.
Survei ini digelar pada 10-19 September 2023 dengan melibatkan 440 responden, yang ditentukan menggunakan teknik multistage random sampling, dan diwawancara tatap muka berpedoman kuesioner. Adapun toleransi kesalahan penelitian sekitar 4,8%.