Agar investor newbie tak kurang edukasi

Investor pemula harus memahami tujuannya, apakah sekadar investasi atau trading saham.

Ilustrasi Alinea.id/Bagus Priyo.

Gegap gempita kedatangan vaksin Covid-19 menjadi dorongan bagi Tiffany (27) memborong saham perusahaan farmasi dan kesehatan saat pergantian tahun 2020 lalu. Namun alih-alih melejit, saham-saham yang ia beli justru ambruk. Harapan untung pun berbalik jadi buntung.

Saham karyawan swasta di Jakarta itu bahkan mengalami ARB (Auto Reject Bawah) atau batas maksimal penurunan harga saham. 

"Desember mulai beli, terus Januari 2021 memperbanyak gitu, sempat naik 20% tuh, tapi enggak aku take-take ya, eh taunya, orang enggak pada percaya vaksin, langsung drop," ujar Tiffany saat berbincang dengan Alinea.id, Kamis (28/1). 

Tidak hanya perusahaan kesehatan, perempuan yang berdomisili di Jakarta ini juga sempat mengantongi saham-saham pertambangan. Dia menyangka, prospek mobil listrik dengan hadirnya pabrikan raksasa asal Amerika Serikat, Tesla bakal mengerek harga sahamnya. Namun, lagi-lagi dia salah memprediksi. 

Saham-saham di sektor terkait pun masuk dalam kondisi ARB. Nyatanya, ada pelbagai musabab saham di sektor ini loyo. Sebut saja berbagai pembatasan yang menyebabkan penundaan realisasi mobil listrik hingga harga nikel yang relatif rendah menyesuaikan harga dunia.