Analis: Faktor cuaca dan tenaga kerja dapat mempengaruhi komoditi energi

Persoalan harga komoditas di 2022, juga masih akan dipengaruhi situasi pandemi.

Ilustrasi. Foto Gimni.org

Mengawali tahun 2022, sejumlah komoditas seperti minyak mentah, kelapa sawit, kedelai, emas, dan perak dilaporkan masih mengalami laju pertumbuhan. Salah satunya adalah komoditas energi yang masih menunjukkan tren positif hingga akhir tahun 2021 lalu. Hal ini terlihat dari pertumbuhan transaksi minyak mentah sepanjang tahun 2021 di Bursa Komoditi ICDX sebesar 173% dibandingkan dengan transaksi yang terjadi sepanjang tahun 2020 lalu.

"Komoditi energi sebagai primadona sepanjang 2021. Bahkan, komoditi minyak sawit mentah atau crude palm oil masih diminati sampai akhir tahun 2021. Bursa Komoditi ICDX mencatat pertumbuhan transaksi minyak mentah sepanjang tahun 2021 mencapai nomor relatif fantastis yaitu sebanyak 173% dibandingkan transaksi yang terjadi sepanjang 2020," kata Research & Development ICDX Nikolas Prasetia, Selasa (25/1) di Commodity outlook ICDX Group Research.

Di sisi lain dia memaparkan tentang harga komoditas minyak mentah yang naik (25/1/2022), terpantau menguat. Minyak mentah Brent naik 0,39% ke US$86,61 per barel, WTI naik 0,23% ke US$ 83,5 per barel. Kenaikan ini dipicu karena kekhawatiran gangguan pasokan pada tengah meningkatnya ketegangan pada Eropa Timur dan Timur Tengah. Sementara OPEC dan sekutunya terus berjuang untuk menaikkan produksi. 

Persoalan harga komoditas di 2022, juga masih akan dipengaruhi situasi pandemi. Jika terjadi pembatasan dari pemerintah atau pemberhentian, dan pengusaha melakukan pengurangan jumlah pekerja, maka jumlah produksi akan terpengaruh. Akhirnya berimbas pada harga komoditas.

"Namun saya juga melihat dari sisi bahan bakar minyak (BBM) itu di pengaruhi krisis energi di Eropa. Artinya pengaruhnya itu tentu ke bahan bakar, kenaikan harga bahan bakar juga akan berpengaruh pada biaya transportasi komoditi. Sehingga ini berpengaruh pada dua sisi, selain dari faktor cuaca dan pengurangan karyawan yang menyebabkan distribusi ke produsen terganggu." sambungnya.