Harga emas di pasar global memecahkan rekor setelah menyentuh Rp66 juta per ons. Mungkinkah harganya bakal turun?
Harga emas dunia kembali memecahkan rekor. Untuk pertama kalinya, logam mulia itu menembus angka US$4.100 (sekitar Rp66 juta) per ons, setelah melesat lebih dari 50% hanya dalam setahun terakhir. Jika dihitung sejak awal reli pada 2024, kenaikannya nyaris menyentuh 100%.
Di Indonesia, harga emas produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam juga pecah rekor selama tiga hari berturut-turut. Pada perdagangan, Rabu (15/10), harga 1 gram emas dibanderol Rp 2.383.000 per batang atau terbang Rp23.000 jika dibandingkan sehari sebelumnya.
Ada sejumlah alasan yang dikemukakan para analis untuk menjelaskan rekor kenaikan harga emas saat ini, termasuk di antaranya ketidakpastian ekonomi akibat utang pemerintah yang membengkak serta penutupan pemerintahan Amerika Serikat (US government shutdown).
Selain itu, ada kekhawatiran yang meningkat soal independensi bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed). Jika tekanan politik membuat The Fed menurunkan suku bunga, hal itu bisa memicu kembalinya inflasi.
"Dalam kondisi seperti itu, emas secara tradisional dianggap sebagai lindung nilai (hedge) terhadap inflasi," jelas Luke Hartigan, pakar ekonomi dari University of Sydney, dalam sebuah analisis di The Converstation, Kamis (16/10).