APINDO dorong penerapan skema Local Currency Settlement

Penerapan LCS agar pengusaha tak bergantung dengan dolar di tengah melemahnya rupiah,

Ketua Komite Perpajakan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Siddhi Widyaprathama dalam diskusi online bertajuk “Pemulihan Ekonomi di Tengah Ketidakpastian Global” di kanal Youtube FMD9ID_IKP, Senin (25/7).

Kepala Grup Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) Wira Kusuma mengatakan, ketidakpastian ekonomi global dipengaruhi beberapa faktor. 

Faktor tersebut menurutnya, perbaikan pascacovid-19 yang risikonya hingga saat ini masih berlanjut, kedua adanya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina berkepanjangan, tren proteksionisme sejumlah negara untuk mengamankan pasokan pangan dalam negeri, dan gangguan rantai pasok atau supply chain disruption. Keempat faktor ini, menurut Wira, bisa memicu risiko stagflasi.

“Adanya empat isu ini membuat dinamika perekonomian global sedikit berubah. Beberapa negara akhirnya mengambil langkah dengan akselerasi respon moneter seperti yang dilakukan bank sentral Amerika,” kata Wira dalam diskusi online bertajuk Pemulihan Ekonomi di Tengah Ketidakpastian Global di kanal Youtube FMD9ID_IKP, Senin (25/7).

Wira menyampaikan, usai The Fed Fund Rate menaikkan suku bunga yang meningkat secara drastis, ia memperkirakan pada Juli ini akan kembali meningkat sebanyak 75 basis poin (bps). Meski demikian, berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, memutuskan untuk tetap mempertahankan BI 7-Day Reverse Depo Rate (BI-7DRR) di posisi 3,5%. BI juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75% dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

Dari BI-7DRR yang tetap di 3,5% itu, Wira tak menampik hal tersebut memicu capital outflow dan makin memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Namun, Wira menegaskan, depresiasi rupiah jika dibandingkan dengan negara tetangga, masih dalam posisi yang baik.