Bisnis

Babak belur industri tekstil di tengah perang tarif AS

Industri tekstil Indonesia sakit kronis karena ketidakmampuan berinovasi dan ketergantungan yang berlebihan pada tenaga kerja murah.

Kamis, 24 April 2025 14:53

Hanya beberapa pekan setelah Hari Raya Idul Fitri 2025, Zuhri, 34 tahun, kena pemutusan hubungan kerja (PHK). Perusahaan tekstil tempatnya bekerja di kawasan Semanan, Jakarta Barat, Kalideres, memutuskan tak lagi memperpanjang kontrak dia. 

Zuhri menerima kabar pahit itu dengan pasrah. Sudah sejak lama ia menyadari industri tekstil domestik di Tanah Air sedang megap-megap. Protes pun dirasa percuma. 

"Sebelumnya, (pasar) kita sudah banjir tekstil dari China. Tenaga kerja di sini dibayar murah," kata Zuhri saat berbincang dengan Alinea.id, Selasa (22/4).

Daya saing produk tekstil lokal, kata Zuhri, kalah jika dibandingkan produk-produk Tiongkok, terutama dari sisi harga. Tekanan terhadap pasar domestik juga bakal makin parah setelah perang tarif dikobarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. 

Zuhri menduga bakal banyak pabrik tekstil yang gulung tikar. "Kalau enggak (tutup), ya, efisiensi dengan (para pekerjanya) di-PHK," kata warga Semanan itu. 

Kudus Purnomo Wahidin Reporter
Christian D Simbolon Editor

Tag Terkait

Berita Terkait