Ekonom ungkap bahaya yang dirasakan RI jika China dan Taiwan berperang

Ketegangan China dan Taiwan membuat Indonesia harus waspada.

Ilustrasi. Foto istockphoto.com/

Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan saat ini tekanan inflasi global masih terus terjadi hingga memengaruhi sejumlah perekonomian mitra dagang utama Indonesia, di antaranya Jepang yang mengalami inflasi 2,4% hingga Juli 2022, China 2,5%, Korea Selatan 6,0%, Singapura 6,7%, dan Amerika Serikat (AS) hingga 9,1%.

Tekanan inflasi tersebut terjadi karena salah satu faktornya adalah konflik geopolitik Rusia dan Ukraina. Belum usai konflik di dua negara tersebut, kini ketegangan juga mulai muncul antara China dan Taiwan sehingga membuat Indonesia harus waspada.

“Memanasnya situasi politik antara China dan Taiwan, perkembangan ini perlu kita waspadai, karena kedua negara ini penting dalam perdagangan internasional Indonesia,” jelas Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers BPS, Senin (15/8).

Sementara, ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga mengamini imbauan BPS terkait konflik China dan Taiwan. Saat ini ketegangan dua negara ini belum memberikan dampak pada neraca perdagangan Indonesia. Dari data BPS, neraca perdagangan Indonesia di Juli 2022 tercatat surplus US$4,22 miliar dan menjadikan Indonesia surplus neraca perdagangan berturut-turut selama 27 bulan. Surplus ini diperoleh dari ekspor sebanyak US$25,57 miliar dan impor US$21,35 miliar.

“Kalau eskalasi ketegangan China dan Taiwan meningkat, efeknya akan terasa kemana-mana. Apalagi jika ada blokade ekonomi yang substansial atau sangat signifikan, misalnya seperti semikonduktor,” kata Bhima Yudhistira kepada Alinea.id, Selasa (16/8).